Friday, February 25, 2011

Mukjizat Kalimat Tasbih Nabi Yunus

Kisah Islamiah kali ini akan menceritakan tentang Mukjizat Tasbih Nabi Yunus.

Nabi Yunus a.s pernah mendapatkan peringatan dari Allah SWT karena telah meninggalkan umatnya.
Tubuhnya dimakan oleh seekor ikan Paus, namun akhirnya Nabi Yunus dimuntahkankembali dalam keadaan selamat berkat bertobat dan membaca kalimat tasbih.

Kalimat Tasbih.
Kalimat tasbih yang diucapkan oleh Nabi Yunus a.s terjadi di dalam perut ikan paus.
Nabi Yunus diuji oleh Allah SWT karena kurang sabar dan telah meninggalkan kaumnya.
Dikisahkan bahwa Nabi Yunus a.s diperintah oleh Allah SWT untuk berdakwah pada kaum Ninawa.

Negeri Ninawa tersebut adalah negeri yang paling kaya dan besar di masa itu.
Namun sayang, kelapangan rejeki dan kekayaannya yang luar biasa itu justru menyebabkan penduduknya sesat dan tidak beriman kepada Allah SWT.
Mereka melakukan berbagai perbuatan yang dilarang Allah SWT, diantaranya kemaksiatan menyembah berhala dan tidak mau beriman kepada AllahSWT.

Selama bertahun-tahun, Nabi Yunus mengajak umatnya untuk beriman kepada Allah, namun tak ada kaumnya yang mengikuti seruannya, bahkan mendustakan Nabi Yunus a.s, bahkan berusaha menentang ancaman-ancaman yang disampaikannya.




Dimakan Ikan Paus.
Karena tak ada kaumnya yang mau beriman kepada ALlah SWT, Nabi Yunus akhirnya merasa putus asa dan akhirnya meninggalkan kaumnya di saat ancaman dan azab sudah mulai tampak di langit.
Tak Mau dirinya mendapatkan siksa dan azab Allah akibat perbuatan kaumnya yang tak beriman itu, Nabi Yunus pun segera meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah.

Sepeninggal Nabi Yunus, penduduk Ninawa sedang menyaksikan tanda-tanda siksa akan segera turun sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Yunus a.s, yakni langit tampak menghitam, awan mendung, dan hujan lebat tampaknya akan segera turun.
Mereka pun kemudian menyatakan beriman kepada Allah SWT dan membenarkan apa yang disampaikan Nabi Yunus.

Namun, keimanan dan kesaksian kaum Ninawa tak disaksikan oleh Nabi Yunus a.s yang sudah terlanjur pergi.
Sebaliknya Nabi Yunus a.s yang meninggalkan umatnya justru mendapatkan kesulitan.
Sesaat setelah tiba di tepi pantai, nabi Yunus menumpang sebuah kapal.
Dalam pelayarannya, tiba-tiba laut bergelombang hebat, bahkan angin bertiup kencang.
Karena khawatir akan keselamatan seluruh penumpang, nahkoda pun melakukan pengundian agar salah seorang penumpang keluar dari kapal.

Saat pengundian dilangsungkan, nama yang munculadalah Nabi Yunus a.s.
Ketika sampai tiga kali dilakukan dan nama yang muncul adalah nama Nabi Yunus terus, akhirnya Nabi Yunus pun harus keluar dari kapal yang ketika itu berada di tengah-tengah lautan.
Menyadari semua itu sudah takdir Allah SWT, maka Nabi Yunus pun merelakan dirinya terapung-apung di laut lepas.
Atas kehendak Allah, Nabi Yunus pun dimakan seekor ikan paus.



Mendapat Ampunan Allah.

Dalam perut ikan paus tersebut, Nabi Yunus menyadari akan kesalahannya karena meninggalkan umatnya.
Ia pun senantiasa berdoa dan memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahannya dengan mengucapkan,
"Laa ilaha illa Anta, Subhanaka ini kuntu minadh dhaalimin."
Artinya:
"Tidak ada Tuhan selain Engkau.Maha Suci Engkau.Sesungguhnya saya termasuk orang-orang yang dholim."

Demikian doa Nabi Yunus dalam perut ikan paus sebagaimana yang menjadi asbabun nuzul surat Al-Anbiyaa' ayat 87.
Allah SWT mendengar doa Nabi yunus dan mengampuninya.
"Kalau ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit (kiamat)."
(QS. Al-Shaafaat: 143-144).

Nabi Yunus pun akhirnya dapat keluar dari perut ikan paus setelah ia dimuntahkan ke daratan.
Setelah beberapa saat, akhirnya ia kembali ke Ninawa dan mendapat kaum yang beriman.
Ia pun disambut umatnya yang berjumlah mencapai 100 ribu orang, dan umatnya mendapatkan kenikmatan yang luar biasa di waktu yang telah ditentukan.

Mari kita ambil hikmah, suri tauladan sekaligus uswah dari kisah Nabi Yunus a.s ini

Friday, February 18, 2011

Berebut Warisan | Cerita Pendek

Kisah berikut ini diharapkan akan membuka mata kita tentang betapa mudahnya manusia dimanipulasi oleh konsep psikologi dan permainan otak sendiri.

Ceritanya...
Oh tidaak...pokoknya tidaak...
Serua anak pertama yang menduduki kepala bagian pada suatu perusahaan dimana perusahaan tersebut yang tadinya dipimpin oleh ayah mereka.

Tidaaak...
Semuanya penipu...
Teriak anak kedua yang juga ambil bagian dalam perusahaan itu.

Curaang...
Semua yang ada disini curang dan tidak berperikemanusiaan...
Sahut anak ketiga yang juga masih punya andil dalam perusahaan keluarga tersebut.

Dan ketika itu seorang penasehat perusahaan yang sudah cukup lama bekerja pada perusahaan yang ayah pimpin mencoba menjadi penengah karena perdebatan ini, tepatnya mengenai sebuah warisan yang ayah mereka titipkan dalam sebuah surat wasiat.

Berlanjut...

Saturday, February 5, 2011

Memaknai Pekerjaan

Kisah islamiah kali ini akan menceritakan tentang memaknai pekerjaan.
Cerita yang pantas dijadikan bahan renungan.
Uswah sekaligus teladan.

Hari itu merupakan kali pertama Wawan bersama ibunya naik bus trans surabaya rute bungur-wonokromo.
Awalnya tak ada keluh kesah yang ia perlihatkan kepada ibunya.
Namun sesampainya di halte bus, ia sempat dibuat bingung.

"Bu, kok suara dari bus ini tidak ada, sekarang tiba-tiba ada, tapi tidak sama dengan yang diteriakkan pak kondektur tadi ya...
Wawan jadi bingung, kita sudah sampai mana sih?" tanya wawan yang sudah kelas 3 SD itu.

"Oh, yang baru saja kita lewati tadi halte Polda, seperti yang diteriakkan pak kondektur.
Tadi pak sopir sempat lupa menekan tombol pengeras suara bus, sehingga yang kita dengar nama halte sebelumnya," jelas sang ibu.

"Jadi, yang benar pak kondektur ya Bu?" tanya wawan lagi.
"Iya sayang..," jawab ibunya dengan tersenyum.

Wawan terdiam sejenak.
Ia melihat sekelilingnya seolah menikmati perjalanan di dalam angkutan umun yang lumayan nyaman itu.
Namun rupanya masih ada yang mengganjal di benaknya.
Perbincangan dengan ibunya pun berlanjut lagi.

"Tapi Buk...kok pak sopir bisa lupa sih?
Padahal dia kan sudah biasa membawa bus ini kan?"
"Betul Nak, ia sudah terlatih mengemudikan bus umum ini.
Tapi, tak lama setelah kita masuk bus, ibu lihat pak sopir sedang menerima telepon dari seseorang, sehingga lupa memencet tombol."

Mereka pun tiba ditempat tujuan, dan keluar di halte paling akhir.
Selepas keluar dari bus, wawan ingin tanya lagi ke ibunya.
Perbincangan dilanjut lagi rupanya.
Huuh...mokong tenan wawan iki...wis turune mlungker...akeh takone ae haha..

"Kata Bapak, menurut aturan lalu lintas, kalau sedang menyetir tidak boleh menelepon kan Buk.
Betul kan Buk?"
"Iya...tujuan aturan tersebut agar tidak terjadi kecelakaan.
Beruntung tidak terjadi apa-apa, sehingga kita sampai di sini."

Uwis Wan Ojo men takon ae, engko tak jewer lo...
Cerita dan kisah diatas hanya fiktif belaka.
Maaf kalo ada kesamaan nama atau tempat yang menyalahi.

Contoh di atas adalah sebuah cerita betapa wawan yang masih kanak-kanak pun bisa merasakan dampak kalau seseorang bekerja dengan tidak profesional.
Bila seseorang bekerja tidak profesional, maka secara langsung atau tidak langsung orang lain akan dibuat tidak nyaman.

Ketidakprofesionalan itu merupakan buah dari ketidakmampuan ia dalam memaknai pekerjaan yang secara sadar ia pilih.

Apapun profesinya.
Jika sering kerja tak profesional, bekerja tidak dengan hasil terbaik dan bermutu standar tinggi.
Ia sering lupa akan kewajiban, tetapi selalu ingat pada hak sebagai pekerja.

Tapi...
Ada tapinya sob...
Kalau kerjamu profesional...apakah hak akan diberikan dengan ideal...
Tergantung bosnya aku kira.
Ironis...

Thanks to my friend, Didik.
Sori aku pinjam namamu untuk contoh.