Sunday, August 14, 2011

Bapaknya Para Dokter

Jika Anda pelajar SMU, dan berkeinginan kelak untuk melanjutkan studi ke Fakultas Kedokteran di luar negeri, khususnya di Paris, niscaya akan Anda jumpai foto Avicenna terpampang dengan gagah di gedung Fakultas Kedokteran tersebut.
Tertulis di bawahnya,
"Bapak Para Dokter di Dunia."
Itulah Ibnu Sina.
Acicenna, begitu para pakar kedokteran Amerika dan Eropa menyebutnya. Ia adalah tokoh terkemuka di bidang kedokteran yang hidup pada abad ke 10. Nama lengkapnya adalah Abu Ali al Husain ibn Abdallah ibn Sina.

Ibnu Sina lahir pada tahun 981 di Afsana, kota kecil dekat Bukhara, tempat ahli hadits terkemuka bernama Bukhari.
Sejak kecil Ibnu Sina terkenal amat bersungguh-sungguh dalam belajar dan memang tak ada ilmuwan sukses yang tidak belajar dengan keras.
Bayangkan saja, Ibnu Sina kecil sudah mempelajari ilmu kedokteran sejak usia 10 tahun. Di usia itu pula ia telah hafal 666 keseluruhan ayat Al-Qur'an, dan bahkan sebelumnya Ibnu Sina telah menggeluti Matematika dan ilmu Logika dari seorang guru terkemuka, Abu Abdallah Natili, yang juga seorang filsuf terkenal.
Nah, inilah yang menarik.
Sweet Seventeen Ibnu Sina dilalui dengan teramat manis.
Manis bukan lantaran sang orang tua membuatkan pesta meriah, tapi justru di usia itulah Ibnu Sina dipercaya dan berhasil mengobati hingga sembuh penyakit Raja Bukhara saat itu, Nooh ibn Mansoor. Padahal banyak tabib dan ahli senior tak berhasil mengobatinya.




Raja begitu gembira, Ibnu SIna dimintanya agar sudi tinggal bersamanya di istana Raja. Namun ibnu Sina secara halus menolaknya.
"Bukan aku yang menyembuhkan, tapi Allah SWT."
Dan Ibnu SIna memohon diperbolehkan tinggal di perpustakaan kerajaan.
Ibnu Sina makin luas wawasannya, ia pun menjadi ahli matematika, filsuf dan astronomi. Selain itu, ia juga seorang pustyakawan dan psikiater yang handal.

Semangat belajar Ibnu Sina memang tak terkalahkan. Sepeninggal ayahandanya, Ibnu Sina makin sering berkelana, mencari ilmu dan mengajarkannya kemana saja. Ibnu Sina pernah kuliah di Jurjan, sebuah kota di Timur Tengan. Di sini ia berguru ke seorang sastrawan dan ulama besar Abu Raihan al Biruni.

Ibnu Sina masih melanjutkan kuliahnya ke Rayy dan Hamadan, kemudian ke Iran. Di sepanjang perjalanannya, ia banyak melahirkan karya besar. Paling tidak ada dua buku referensi dunia dari Ibnu SIna yang amat tersohor.
Kitab Al Qanun fi al Tibb, yang diterjemahkan menjadi The Canon, adalah buku rujukan ilmu kedokteran dunia hingga sekarang. Di dalamnya tertulis ensiklopedia jutaan item pengobatan dan jenis obat-obatan. Konsep penyembuhan sistematis dan berkelanjutan juga diperkenalkan Ibnu Sina. Bahkan ia pula yang mencatat dan memperkenalkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya.
Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali memisah-misahkan serta merinci seluruh bagian tubuh, misalnya mata, telinga. Ketika itu, Ibnu SIna juga telah menyimpulkan bahwa setiap tubuh manusia dari ujung rambut hingga ujung kaki saling berhubungan.
Dirumuskannya pula, kesehatan fisik dan kesehatan jiwa saling terkait dan saling mendukung.

Ibnu Sina pula yang mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama patologi dan farmakologi.
Ada lagi satu kitab Ibnu SIna yang amat besar pengaruhnya pada dunia kedokteran.
Asy-Syifa' yang bahasa latin diterjemahkan menjadi Sanatio.

Itulah Ibnu Sina, karya-karya besarnya begitu berjasa dalam membuka cakrawala dunia kedokteran.
Ia meninggal dunia pada tahun 1073, di Hamadan.
Amal jariyahnya mengalir tiada henti hingga sekarang.
Sudah semestinya, jika generasi muslim cendekia saat ini harus belajar keras mengejar ketertinggalan yang ada.

BUKAN DONGENG BUKAN KHAYALAN. INILAH KISAH TELADAN YANG MULIA.
MARI CERITAKAN KEPADA PUTRA-PUTRI KITA AGAR ANAK MAKIN DEKAT DAN BANGGA DENGAN AGAMANYA