Thursday, July 11, 2019

Ramalan Pendeta Nasrani I - Tentang Kerasulan Nabi Muhammad SAW

Abu Thalib pergi ke Syam bersama beberapa pemuda pemuka Quraisy dan Nabi Muhammad SAW.

Ketika di Syam, mereka bertemu dengan seorang pendeta yang meminta dengan sungguh-sungguh agar mereka tidak membawa Muhammad ke daerah orang-orang Romawi.

Pendeta itu berkata,
"Jika orang-orang Romawi melihat dan mengenal ciri-ciri yang dimiliki Muhammad, maka mereka akan menyiksanya."

Ketika pendeta itu menyarankan hal tersebut, Abu Thalib menoleh dan tiba-tiba muncul sembilan orang Romawi dari arah belakang.

Pendeta itu menyambut mereka dan berkata,
"Apa yang mendorong kalian datang?"
Mereka menjawab,
"Pendeta kami memberitahukan bahwa ada seorang nabi dari bangsa Arab menuju negeri kami di bulan ini, maka semua jalan dijaga oleh orang-orang untuk menangkapnya, dan kami ditugaskan ke jalan ini."


Pendeta itu berkata,
"Jika Allah telah menghendaki suatu perkara, maka apakah menurut kalian ada yang bisa menolaknya?"
Mereka menjawab,
"Tidak."

Pendeta itu berkata,
"Berbaitlah kepada nabi ini, sesungguhnya ia benar."
Mereka berbaiat bersama pendeta itu, kemudian mendatangi rombongan Abu Thalib.

Pendeta itu bertanya,
"Aku harap kalian menjaganya, siapa yang menjadi walinya?
Orang-orang Quraisy menjawab,
"Ini."
Sambil menunjuk ke arah Abu Thalib.

Pendeta itu terus menerus meminta Abu Thalib untuk menjaga Muhammad, sehingga Abu Thalib memulangkannya bersama beberapa orang termasuk Bilal.

Pendeta itu membekali Muhammad dengan roti dan minyak zaitun.

HR. Razin dari Ali bin Abu Thalib r.a

Saturday, July 6, 2019

Pidato Nabi Musa as - Penyebab Beliau Berguru kepada Nabi Khidir as

Menurut suatu riwayat (Fathul Baari, juz VI, hal 309), pada suatu hari Nabi Musa as berpidato dihadapan kaumnya dari Bani Israil. Nabi Musa as berdakwah kepada mereka untuk mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT.

Mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Ungkapan-ungkapan kalimat yang disampaikan Nabi Musa as begitu memukau hati mereka sehingga mereka merasakan kesejukan siraman rohani, di tengah-tengah jalan hidup masyarakat Bani Israil yang sesat itu.

Ada yang Tanya Siapa Hamba Terpintar di Bumi

Sehabis pidato itu, Nabi Musa as ditanya oleh salah seorang dari kaumnya yang turut berkumpul bersama hadirin.

Dia berkata,
"Wahai Musa, siapakah yang lebih pintar diantara hamba-hamba-Ya di muka bumi ini?"

Nabi Musa as menjawab,
"Akulah orangnya."

Jawaban itu wajar saja.
Karena pada zaman itu hanya Nabi Musa as yang berhasil membawa Bani Israil kepada hidayah Ilahi.

Dialah yang telah menaklukkan Raja Fir'aun dengan segala kekuasaan dan kesombongannya. Dia juga yang telah menaklukkan para tukang sihir istana sehingga mereka mengikuti agama Nabi Musa as.

Nabi Musa as juga telah dikaruniai nikmat terbesar sebagai Rasul-Nya, yaitu nikmat dapatnya Beliau bercakap-cakap secara langsung dengan Allah SWT.

Bahkan Beliau juga telah berhasil membongkar rahasia tentang pembunuhan yang kejam. Berasal dari awal mula pidato Beliau ini, maka Allah SWT menegur Nabi Musa as, hingga beliau berguru kepada hamba Allah SWT yang bernama Khidir.


Wallahu A'lam...

Saturday, June 29, 2019

3 Tanda-tanda Hari Kiamat dari HR Bukhari

Abu Hurairah ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak akan datang hari kiamat, sampai kalian berperang melawan bangsa asing Khauzan dan Karman. Rajah mereka merah, hidung pesek, mata sipit, wajah tebal seperti martil dan sepatu mereka dari bulu."
(HR. Bukhari).

Dalam riwayat lain dari 'Amr bin Taglhlib dikatakan,
"wajah mereka lebar."


Abu Hurairah ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak akan datang hari kiamat sampai keluar api dari Bumi Hijaz yang menerangi unta di Bashrah."
(HR. Bukhari dan Muslim).

Thursday, June 27, 2019

Rasulullah SAW Kebal Terhadap Racun

Jabir ra menceritakan bahwa ada seorang perempuan Yahudi Khaibar meracuni seekor kambing yang telah dijerat, kemudian dihadiahkan kepada Rasulullah SAW.

Kemudian Beliau memungut sekerat daging kambing tersebut dan memakannya, dan sekelompok sahabata juga ikut memakannya.Rasulullah SAW bersabda,
"Jangan memakannya lagi !!!".

Lalu Nabi SAW memanggil perempuan itu dan bertanya,
"Apakah kamu meracuni kambing ini?"
Perempuan itu menjawab,
"Siapakah yang memberitahumu?"


Rasulullah SAW menjawab,
"Sekerat daging di tanganku ini."
Perempuan Yahudi berkata,
"Jika engkau memang nabi, kambing itu tidak akan membahayakanmu. Tetapi jika engkau bukan nabi, maka kami akan merasa senang karenanya."

Kemudian Rasulullah SAW mengampuni perempuan Yaahudi itu dan tidak menghukumnya. Sahabat-sahabat yang ikut makan daging itu meninggal dunia dan Rasulullah SAW selamat dan dengan cepat dibekam oleh Abu Hindun.

Wednesday, June 26, 2019

Surat untuk Raja Persia

Ibnu Abbas ra. mengisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengirimkan surat untuk Raja Persia yang dibawa oleh Abdullah bin Hudzaifah al-Sahmi.

Beliau menyuruhnya menyampaikan surat tersebut lewat penguasa Bahrain. Penguasa Bahrain kemudian menyerahkan surat tersebut kepada Raja Persia.

Ketika Raja Persia selesai membacanya, ia merobek-robek surat tersebut.

Ibnu Musayyab menceritakan bahwa Rasulullah SAW mendoakan keburukan untuk Raja Persia itu,
"Semoga kekuasaannya juga terkoyak-koyak."
(HR. Bukhari).

Monday, June 24, 2019

Siapa Wali itu ? Dua Pengertian Wali

Sebenarnya siapakah wali itu?
Ada dua penjelasan tentang makna wali ini.

Contoh wali adalah Sunan Kalijaga, Sunan Bonang dan sebagainya. Adalah Sunan Ampel yang sudah wafat 600 tahunan masih saja banyak pengunjung di rumahnya.

Pertama.
kata al-wali merupakan bentuk superlatif dari subyek (fa'al), seperti kata al-alim yang bermakna sangat alim dan kata al-qadir bermakna yang sangat berkuasa.


Maka kata al-wali bermakna orang yang sangat menjaga ketaatan kepada Allah SWT tanpa tercederai oleh kemaksiatan atau memberi kesempatan pada dirinya untuk berbuat maksiat.

Kedua.
Kata al-wali merupakan subyek bermakna obyek. Seperti kata al-qatil bermakna terbunuh dan al-jarih bermakna yang terluka.

Maka kata al-wali bermakna orang yang dijaga dan dilindungi oleh Allah SWT, dijaga terus menerus dari berbagai macam maksiat dan selamanya mendapat pertolongan Allah SWT untuk selalu berbuat taat.

Jadi, menurut para alim ulama, jika ditinjau dari segi etimologis, al-wali berarti yang dekat. Ketika seorang dekat kepada Allah SWT karena ketaatan dan keikhlasannya, maka Allah SWT akan senantiasa dekat kepadanya.

Juga dekat dengan limpahan rahmatNya, keutamaan, kebaikan hingga mencapai jenjang al-wilayah (kewalian).

Sunday, June 23, 2019

Kesialan Abu Jahal Berdasarkan Hadits

Siapa Bu Jahal yang dimaksud di sini?
Abu Jahal adalah paman dari Nabi Muhammad SAW.

Abu Hurairah r.a menceritakan bahwa Abu Jahal bertanya,
"Apakah Muhammad menyujudkan wajahnya di tanah?"
Para sahabat menjawab, "ya."

Abu Jahal berkata lagi,
"Demi Latta dan Uzz, jika aku melihat Muhammad melakukan itu, sungguh aku akan menginjak lehernya."

Abu Jahal mendatangi Rasulullah SAW yang saat itu sedang salat untuk menginjak leher Beliau.

Belum sempat mendekati Rasulullah SAW, Abu Jahal mundur dan memangku dua tangannya.

Kemudian para sahabat bertanya,
"Apa yang terjadi padamu?"
Abu Jahal menjawab,
"Tiba-tiba saja diantara aku dan dia ada parit api, sesuatu yang sangat mengerikan dan sayap-sayap."


Rasulullah SAW kemudian bersabda,
"Kalau dia mendekatiku, niscaya malaikat akan menyambar anggota tubuhnya satu demi satu."

(HR. Muslim).

Saturday, June 22, 2019

3 Pendapat Tentang Siapa itu Khidir

Dari beberapa sumber dari kaum ulama yang menjelaskan nama-namanya, ada satu pendapat yang memanggilnya Khidir dengan nama "Khidir". Dan tentang nama ayahnya juga ada perselisihan ulama.


Inilah ketiga pendapat tentang Khidir.

1. Khidir adalah nama seorang anak cucu Nabi Adam as yang taat beribadah kepada Allah SWT dan ditangguhkan ajalnya.

Kitab Al Ifrad oleh Dattiqutani dan Ibnu Asakir, riwayat dari Ibnu Abbas).

2. Ibnu Khidir berasal dari Romawi, sedangkan bapaknya keturunan Bangsa Persi.

Fathul Bari juz VI hal 310. Al Bidayah wan Nihayah juz I hal. 326. Ruhul Ma'ani juz XV hal 319.

3. Kata Al Alusi.

"Aku tidak membenarkan semua sumber yang menyatakan tentang riwayat asal usul Khidir. Tetapi Imam Nawawi menyebutkan bahwa Khidir adalah putera seorang raja."
Fathul Bari juz VI hal 390.

Wallahu A'lam.