Demi menjamu Rasulullah SAW dan Abu Bakar, seorang janda menyerahkan kambing betinanya. Namun kambing itu tak disembelih, melainkan hanya diambil susunya. Berkat doa Rasulullah, kambing itu beranak sangat banyak tanpa melalui proses kawin.
Berikut Kisahnya.
Kisah Islamiah hadir kemabli dan kali ini menceritakan sebuah kisah yang diriwayatkan dari Abu Bakar Ashshiddiq.
Bahwa pada suatu hari dirinya bepergian bersama Rasulullah SAW ke luar kota Makkah. Keduanya melintas di sebuah perkampungan Arab, dan di kampung itu Rasulullah SAW melihat sebuah rumah yang berada di bagian pojok.
Beliau berjalan menuju rumah itu lalu singgah sejenak diluar rumah tersebut.
Keduanya kemudian ditemui oleh penghuni rumah, yang ternyata seorang wanita tua.
"Hai hamaba Allah, aku hanya seorang wanita, karena itu hendaklah kalian menemui pemuka kampung ini biar mendapat jamuan sebagai tamu," ucap wanita tua itu.
Lalu tak lama kemudian, datanglah seekor anak sambil menggembalakan beberapa ekor kambing yang semuanya berjenis kelamin betina.
"Hai anakku, pergilah dengan membawa seekor kambing betina dan pisau ini, lalu berilah kepada kedua orang itu," suruh wanita tua itu.
Doa Nabi.
Si anak menuruti perintah wanita tua itu, yang tak lain adalah ibunya sendiri. Ia membawa kambing betina itu dan pisau untuk diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar Ashshiddiq. Si anak ini juga tak mengerti siapa kedua orang itu.
"Ibuku menyuruh agar aku memberikan kambing betina dan pisau ini, sembelihlah dan makanlah dagingnya," ujar anak itu.
Mendapati penawaran tersebut, Rasulullah SAW berkata kepada anak itu,
"Pergi dan bawalah pisau ini, lalu bawalah kemari sebuah bejana (wadah) untuk susu," tutur Rasulullah SAW dengan lemah lembut.
"Ketahuilah, kambing betina ini sudah tidak kawin dan sudah tidak punya susu," ujar anak itu dengan polos.
Rasulullah SAW tetap menyuruh anak itu menuruti perintahnya, dan akhirnya tak lama kemudian si anak kembali lagi dengan membawa sebuah bejana susu.
Rasululah SAW kemudian mengambil posisi berjongkok dan tangannya mengusap kelenjar susu kambing betina itu sambil berdoa. Tak lama kemudian, Beliau juga mulai memerah susu kambing betina itu hingga bejana susu itu penuh.
"Pergilah dengan membawa bejana susu ini, lalu berikanlah kepada ibumu," ucap Rasulullah.
Si anak tersebut patuh, ia memberikan bejana susu kepada ibunya. Sang ibu cukup terkejut karena ia tahu bahwa kambing pemberiannya itu sudah lama sekali tidak memproduksi susu, namun si ibu tetap meminum susu kambing itu hingga kenyang.
"Bawalah kembali bejana ini kepada para tamu itu," ucap wanita tua itu kepada anaknya.
Kambing Beranak Banyak.
Si anak kemudian sampai kepada Rasulullah kembali dan menyerahkan bejana itu.
Namun lagi-lagi Rasulullah SAW memerah susu kambing itu hingga penuhlah bejana dengan susu kambing.
"Pergilah dan bawa bejana susu ini, lalu bawalah bejana yang lain untuk kami," ucap Rasulullah SAW.
Di bejana yang lain, Rasulullah dapat memenuhinya dengan susu kambing, dan di bejana itu Beliau dan Abu Bakar meminum susunya. Pada malam itu, Rasulullah dan Abu Bakar bermalam di tempat itu, dan keesokan harinya mereka meneruskan perjalanan.
Beberapa tahun kemudian, kambing betina yang diperah susunya oleh Rasulullah SAW itu jumlahnya bertambah banyak. Aneh sekali karena kambing itu tak pernah kawin.
Namun itulah salah satu mukjizat Rasulullah SAW.
Wanita tua dan anak itu lantas akan menjual anak kambing ke Madinah.
Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan Abu Bakar Ashshiddiq. Wanita tua itu menghampiri Abu Bakar dan bertanya,
"Hai hamba Allah, siapa laki-laki yang dulu bersamamu datang ke rumahku?" tanya wanita tua itu.
"Apakah engkau tidak mengetahuinya? Dialah seorang utusan Allah," ujar Abu Bakar.
Abu Bakar kemudian mempertemukan wanita tua itu dan anaknya ke Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW memberikan jamuan tamunya itu, sedangkan si wanita tua itu memberikan hadiah berupa keju dan barang-barang khas Arab Badui.
Wallahu A'lam.
(Banyak kisah tentang riwayat ini, namun pada intinya adalah sama dengan tutur kata yang berbeda. Maaf bila ada kesalahan menuliskan riwayat dalam bentuk prosa atau cerita ini.)