Pages - Menu

Tuesday, November 29, 2011

Satu Kota Musnah Tersapu Angin Topan

Kisah Islamiah pada sore ini tentang suatu umat yang hidup di sebuah kota telah tersapu angin hingga semuanya tewas. Kaum yang hidup di kota itulah yang bernama kaum Aad.

Meskipun sudah diajak beriman kepada Allah SWT oleh Nabi Hud as, namun tetap saja mereka menyembah patung. Nauzubillah..
Hanya gara-gara menyembah patung, mereka dimusnahkan dengan angin topan selama seminggu.


Kisahnya.
Kisah kaum pemuja patung yang kemudian mati akibat diterjang badai topan, terjadi pada kaum Aad pada zaman Nabi Hud as.
Peristiwa itu telah dijelaskan dalam Al Qur'an Surat Al-Haqqah ayat 6-7.

Allah SWT berfirman,


وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ
سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ

Artinya:
Adapun kaum 'Aad Maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi Amat kencang.
Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; Maka kamu Lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).

Tempat Tinggal Kaum Aad.
Kaum Aad tinggal di daerah pegunungan Al-Ahqaf, daerah di antara Yaman dan Yordania sampai Hadramuat dan Asy Syajar. Nenek moyangnya merupakan pengikut Nabi Nuh as yang selamat dari bajir besar. Mereka rata-rata berperawakan tinggi besar dan kekar.
Selain itu, umur mereka juga panjang.

Kaum Aad diketahui memiliki peradaban yang maju. Mereka mahir memahat, membuat rumah dan gedung yang megah.
Mereka juga pandai bercocok tanam, jadi tak heran jika pertanian dan perkebunan yang mereka kelola selalu menghasilkan panen yang banyak.

Kaum yang Sombong.
Namun, kemakmuran dan kesejahteraan itu rupanya menjauhkan mereka dari Allah SWT. Mereka sombong dan membuat patung untuk disembah sendiri. Berhala-berhala yang mereka buat dinamakan dengan Shada, Shamud dan Alhaba.

Kaum Aad percaya bahwa segala kekayaan, kemakmuran dan kejayaan mereka merupakan pemberian berhala-berhala itu. Oleh karena itu, Allah SWT mengutus Nabi Hud as untuk menyadarkan kaum Aad.
Tugas pokok Nabi Hud as adalah mengajak kembali kaum Aad untuk menyembah Allah SWT.

Namun ternyata ajakan Nabi Hud as tidak direspon oleh kaum Aad. Bahkan Nabi Hud dihina dan dianggapnya gila.
"Wahai Hud, janganlah engkau mengusik ketenangan kami. Kami tidak butuh Tuhammu," caci seorang tokoh dari kaum Aad.
"Sesungguhnya aku mengajak kalian ke jalan yang benar, tinggalkanlah patung-patung itu, sebab ia tidak bisa melakukan apa-apa," ujar Nabi Hud as.
"Semua kejayaan negeri ini datang dari berhala-berhala itu, kami tidak percaya lagi ajakanmu," jawab tokoh tersebut.

Pertentangan kaum Aad terhadap dakwah Nabi Hud as akhirnya memuncak.
Kaum Aad menantang datangnya azab kepada mereka.
"Buktikan ucapanmu, berikan azab kepada kami jika engkau benar-benar utusan Allah," ujar tokoh kaum Aad.

Nabi Hud kemudian berdoa, memohon kepada AllahSWT agar menurunkan azab-Nya.
Akhirnya azab Allah datang berupa musim kemarau yang berkepanjangan selama tiga tahun. Azab itu membuat tanaman-tanaman mati akrena tidak ada air dan hewan ternak juga mati kehausan.

Mendapat azab itu, ternyata kaum Aad tidak juga bertaubat.
Mereka malah semakin gencar berdoa kepada berhala buatan mereka sendiri untuk segera diturunkan hujan. Mereka menganggap bahwa kemarau itu datangnya karena kemurkaan berhala-berhala itu.

"Kemarau ini datangnya dari Allah SWT, bukan dari patung yang buta dan tuli itu," ujar Nabi Hud as.

Azab Allah SWT Datang.
Namun pernyataan dan ajakan Nabi Hud as makin membuat marah kaum Aad. Terlebih mereka mengancam akan membunuh Nabi Hud as jika tidak emnghentikan dakwahnya.
"Jika engkau tidak menghentikan kelakuanmu, kami akan membunuhmu," gertak seorang kaum Aad yang lain.

Mendapati kekerasan hati kaum Aad, Nabi Hud as meminta petunjuk kepada Allah SWT. Allah SWT lantas memerintahkan Nabi Hud as dan beberapa pengikutnya untuk meninggalkan daerah Al-Ahqaf karena azab-Nya yang sangat pedih akan segera turun.

Perintah Allah tersebut dipatuhi oleh Nabi Hud as dan pengikutnya. Setelah itu, mendadak saja muncul awan hitam yang menyelimuti langit Al-Ahqaf. Keadaan itu malah membuat sukacita. Mereka mengira bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu telah mengabuilkan doa mereka. Mereka mengira bahwa dengan kepergian Nabi Hud as semakin membuat negerinya berjaya.

Kaum Aad pun kemudian pergi ke luar rumah untuk menyambut kedatangan hujan yang mereka nantikan. Mereka menari-nari dan memuja berhala sebagai simbol kegembiraannya.

Namun yang terjadi malah membuat kaget mereka.
Bukannya huja yang turun, namun angin topan yang teramat dingin. Angin topan itu terus berhembus dan menerjang segala sesuatu yang ada di kota tersebut selama 7 hari 8 malam.
Angin topan itu telah memporak-porandakan perkampungan Aad hingga kaum Aad pun hancur dan binasa.
Tak ada seorang pun yang selamat diantara mereka.

Itulah kisah azab yang diterima kaum Aad pada masa Nabi Hud as.
Kaum Aad meminta agar diberi azab, berkat doa Nabiyullah Hud as, akhirnya Allah SWT mengabulkan doanya hingga binasalah kaum penyembah berhala itu.

Saturday, November 26, 2011

Pembunuhan Terhadap Nabi Yahya

Kisah Islamiah malam ini tentang pembunuhan Nabi Yahya as oleh Seorang Raja yang bengis dan kejam. Awal mulanya Nabi Yahya disuruh untuk membenarkan yang bathil, namun Nabi Yahya as bersikukuh menolak hingga dibunuhlah Nabi Yahya as yang mulia ini.

Nabi Yahya as menolak dengan keras rencana pernikahan Raja Herodus dengan ank kandungnya. Karena pernikahan yang seperti itu dilarang dalam hukum Allah SWT.

Kisahnya.
Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Yahya as tidak setengah-setengah. Ia tetap konsisten mengatakan yang benar itu benar dan yang salah tetaplah salah, seperti penolakannya terhadap rencana pernikahan Raja Herodus dengan putri kandungnya sendiri yang bernama Hirodia.

Pendapatnya tetap kuat meski yang dihadapinya adalah seorang raja.
"Pernikahan itu tidak akan saya akui, malah saya akan tetap menentangnya sampai kapanpun," ucap Nabi Yahya as kepada masyarakat yang menunggu keputusannya.
"Baiklah, kami juga tidak akan membenarkan pernikahan itu," ujar masyarakat kepada Nabi Yahya as.




Pada saat itu, memang Nabi Yahya as telah menjadi panutan masyarakat. Apapun yang diucapkannya senantiasa diikuti, begitu pula sesuatu yang dilarang juga akan dipatuhi.
Alasan Nabi Yahya as melarang pernikahan itu sangalah kuat, yaitu karena Hirodia merupakan anak kandung dari Raja Hirodus itu sendiri. Pernikahan seperti itu sangatlah dilarang oelh Allah SWT.

Hirodia Merayu Nabi Yahya as.
Hirodia memang tengah menjadi buah bibir setiap pemuda Palestina. Kecantikannya seperti bulan purnama, matanya jernih laksana bintang kejora, tubuhnya ramping dan seksi dengan rambut hitam yang panjang semakin menambah cantik wajahnya.

Pada akhirnya, kabar penolakan Nabi Yahya as terhadap rencana pernikahna itu sampai juga ke telinga Hirodia. Ia sangat terkejut sekaligus takut bila renca menjadi permaisuri tidak menjadi kenyataan. Karenanya, ia membuat siasat untuk merayu Nabi Yahya as dengan modal kecantikannya.

Setelah berhias secantik mungkin, Hirodia menyelinap masuk ke kamar Nabi Yahya as.
"Wahai Yahya, tidak tertarikkah engkau kepada tubuhku ini?" rayu Hirodia sambil memperlihatkan tubuhnya.
"Hirodia, tutuplah tubuhmu, ketahuilah bahwa orang-orang yang melakukan mesum akan disiksa di hari kiamat dan berbau lebih busuk dari bau bangkai," tolak Nabi Yahya as pada ajakan Hirodia untuk berbuat mesum.

Mendengar jawaban Nabi Yahya as yang demikian, Hirodia menjadi sangat jengkel. Ia lantas meminta kepada Herodus agar membunuh Nabi Yahya as.
"Sekiranya engaku benar-benar cinta kepadaku, aku ingin bukti darimu," ucap Hirodia kepada Raja Herodus.
"Bukti apa yang engkau inginkan?" tanya Raja Herodus.
"Aku ingin engkau membunuh Nabi Yahya as agar tidak ada lagi orang yang menentang rencana pernikahan kita," jelas Hirodia.



Nabi Yahya as Rela Dibunuh Demi Kebenaran dan Takut Azab Allah SWT.
Raja Herodus yang terkenal dengan kekejamannya itu langsung menyanggupi permintaan calon permaisurinya. Dengan segera ia menyuruh para prajuritnya untuk menangkap Nabi Yahya as.

Setelah tertangkap, Nabi Yahya as dimasukkan ke dalam penjara.
"Wahai Yahya, jelaskan mengapa engkau melarang rencana pernikahan kami?" tanya Raja Herodus.
"Ketahuilah bahwa Allah SWT melarang pernikahan antara ayah dan anak. Allah SWT juga melaknat siapa saja yang melakukan pernikahan seperti itu," jelas Nabi Yahya as.

"Kami tidak peduli, sekarang akuilah dan umumkanlah kepada rakyatku bahwa engkau merestui rencana pernikahan kami," ujar Raja Herodus.
"Demia Allah SWT, aku tidak akanmengatakan benar bila kenyataannya iitu salah," jawab Nabi Yahya as tidak gentar sedikitpun.
"Baiklah, kalau engkau tidak mau merestui, maka engkau akan aku bunuh," ancam Raja Herodus.
"Tidak ada sesuatu pun yang aku takuti kecuali azab Allah SWT," jawab Nabi Yahya as dengan tenangnya.

Nabi Yahya as tetap saja bersikukuh pada pendirian dan keutusannya. Ia rela dibunuh daripada ikut menanggung azab Allah SWT karena ikut membenarkan pernikahan yang terlarang itu.

Akhirnya, Raja Herodus menyuruh prajuritnya untuk membunuh Nabi Yahya as. Darah pun mengucur dengan derasnya mengiringi kematian Nabi Yahya as yang sangat disegani oleh rakyat Herodus itu. Beliau pun tewas dalam memegang syariat agama Allah SWT.

Dari kisah inilah, Allah SWT mengutuk kekejaman Raja Herodus yang telah membunuh Nabi Yahya as. Kutukan tersebut terdapat dalam ayat suci Al Qur'an Surat An-Nisaa ayat 93.
Allah SWT berfirman,

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

Artinya:
"Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya."

Maha benar Allah SWT dengan segala Firman-Nya.

Thursday, November 24, 2011

Bayi Mati Hidup Lagi

Kisah islamiah sore ini tentang kisah seorang bayi yang mati, kemudian bisa hidup lagi.
Sungguh Allah SWT Maha Besar.
Seorang bayi yang bernama Samaa Zohir, hidup lagi setelah dibekukan oleh tim dokter.

Tanda-tanda kekuasaan Allah SWT baru-baru ini telah nampak di depan mata dimana seorang bayi yang menderita kelainan jantung harus dibekukan hingga tak ada tanda-tanda kehidupan lagi. Anehnya, setelah 20 menit berselang, bayi itu hidup lagi dan penyakit jantungnya telah teratasi dengan cara operasi.


Kisahnya.
Pada pertengahan bulan Oktober yang lalu, tim medis di London, Inggris berhasil menyelamatkan seorang bayi yang menderita kelainan jantung. Anehnya, dalam proses medis itu dilakukan dengan cara membekukan si bayi hingga detak jantung bayi itu berhenti serta aliran darah juga berhenti.

Bayi yang bernama Samaa Zohir tersebut dilahirkan dengan kelainan jantung. Pembuluh darh yang seharusnya membawa darah beroksigen dari paru-paru ke bagian kiri jantung, justru masuk ke jantung kanan.

Tanpa dioperasi, Samaa tak berumur panjang. Mau dioperasi juga sangat riskan, karena umur Salmaa baru saja sebulan. Jantungnya baru seukuran bola golf. Tim Medis di Rumah Sakit Great Ormond Street, London, Inggris berusaha dengan keras demi keberhasilan teknik medis yang tidak biasa tersebut.

Bayi Dibekukan.
Sebagai langkah awal, tim medis membungkus kepala Samaa dengan kantong es batu, lalu menurunkan suhu darah dari 37 derajat celcius menjadi 18 derajat cecius dengan menggunakan alat bypass jantung apru-paru.

Setelah suhu Samaa turun, dokter menyuntikkan cairan kimia untuk menghentikan kerja jantungnya, kemudian mematikan mesin bypass itu. Secara klinis, Samaa sudah mati dan darah sama sekali tidak mengalir dalam tubuhnya.

Tim dokter hanya memiliki waktu sekitar 50 menit saja dalam menjalankan teknik ini, kalau lebih dari itu, Samaa akan mengalami kerusakan otak dan organ tubuh. Dalam waktu 23 menit, tim dokter berhasil memindahkan pembuluh darah Samaa. Setelah itu, Samaa dihidupkan kembali dengan cara memompakan darah segar untuk menormalkan suhu darah menjadi 37 derajat celcius.

Teknik seperti ini dikembangkan dari kasus orang yang jatuh ke air es dan bertahan hidup selama 1 jam. Para pakar meyakini, suhu dingin melindungi otak dan organ vital.

Kehendak Allah SWT.
Akan dibutuhkan waktu sekitar 5 bulan agar Samaa bisa sembuh seperti sedia kala. Ibunya Samaa, Roosina Ahmed sangat terharu dengan selamatnya Samaa.

Pada awalnya, ibunya sangat takut mendengar paparan tim dokter tentang operasi anaknya itu. Namun, orang tua Samaa menyadari bahwa sangat penting buat Samaa untuk dioperasi agar bisa sembuh.

Kesembuhan bayi tersebut benar-benar merupakan kekuasaan Allah SWT.
Allah SWT berkuasa terhadap semua makhluknya. Jika Allah SWT menghendaki, tidak ada yang mustahil bagi-Nya.
Subhanalla..

Misteri 2 Jenazah Sunan Bonang

Kisah Islamiah pada sore ini tentang kisah walisanga. Punggawa Walisanga yang satu ini begitu banyak memiliki karomah sehingga membuat banyak warga Jawa yang tertarik dan mengikuti ajaran beliau.

Kisahnya.
Sunan Bonang sering berdakwah keliling hingga usia lanjut. Beliau meninggal dunia pada saat berdakwah di Pulau Bawean.
Berita meninggalnya Sunan Bonang ini segera tersebar ke seluruh tanah jawa. Para murid berdatangan dari segala penjuru untuk berduka cita dan memberikan penghormatan terakhir.


Pemberian Kain Kafan.
Murid-murid Sunan Bonang yang berada di Pulau Bawean hendak memakamkan jenazah beliau di Pulau Bawean, akan tetapi murid-murid yang berasal dari daerah Madura dan Surabaya menginginkan jenazah beliau dimakamkan di dekat ayahandanya, yaitu Sunan Ampel di Surabaya.

Dalam hal memberikan kain kafanpun mereka tak mau kalah begitu saja. Jenazah yang sudah dibungkus kain kafan milik orang Bawean masih ditambah lagi dengan kain kafan dari Surabaya.

Pada malam harinya, orang-orang Madura dan Surabaya menggunakan ilmu sirep untuk membuat ngantuk orang-orang Bawean dan Tuban. Lalu mengangkat jenazah Sunan Bonang ke dalam kapal dan hendak dibawa ke Surabaya. Karena tindakan mereka tergesa-gesa, kain kafan jenazah itu tertinggal satu.

Kapal Tak Bisa Bergerak di Tuban..
Kapal layarpun segera bergerak ke arah Surabaya. Akan tetapi ketika berada di perairan Tuban, tiba-tiba saja kapal yang digunakan untuk mengangkut jenazah Sunan Bonang tidak bisa bergerak, sehingga terpaksa jenazah Sunan Bonang dimakamkam di Tuban yaitu di sebelah barat Masjid Jami Tuban.

Sementara itu, kain kafan yang tertinggal di Pulau Bawean ternyata juga ada jenazahnya. Orang-orang Bawean pun menguburkannya dengan penuh khidmat.

Dengan demikian, ada 2 jenazah Sunan Bonang.
Inilah Karomah yang diberikan Allah SWT kepada Sunan Bonang.
Subhanallah..

Sunan Bonang wafat pada tahun 1525.
Makam yang dianggap asli adalah yang berada di kota Tuban sehingga sampai sekarang pun makam itu banyak diziarahi orang dari segala penjuru tanah air.
Sungguh karomah yang sangat luar biasa. Jenazah diperebutkan orang banyak, makam pun banyak peziarahnya.

Meski sudah meninggal, namun jasa beliau tetap akan terkenang insya Alloh sepanjang zaman

Tuesday, November 22, 2011

Tundukkan Singa dengan Tatapan Mata

Kisah islamiah pada sore ini tentang kisah karomah.
Adalah Abu Said Abul Khair yang dikenal sebagai seorang sufi yang sangat menjaga situasi hatinya agar tidak terbersit maksud buruk.
Karena kemuliaan hatinya itu, Abul Khair mendapatkan beberapa karomah dan salah satunya adalah mampu menundukkan singa padang pasir yang buas hanya dengan tatapan mata saja.


Kisahnya.
Suatu ketika, ada seorang sufi yang masih muda datang dengan maksud ingin berguru kepada Abu Said Abul Khair, seorang tokoh sufi yang terkenal karena karomahnya dan gemar mengajar tasawuf di pengajian-pengajian. Rumah guru sufi itu terletak di tengah-tengah padang pasir.
Ketika sufi muda itu tiba di rumahnya, Abul Khair sedang memimpin pengajian.

Pada waktu Abul Khair membaca Surat Al Fatehah, dan tiba pada ayat terakhir yang berbunyi,
"Ghairil Manghdubi 'Alaihim Wa Ladh Dhallin."
Saat itulah sufi muda ini agak kurang puas dengan makhraj bacaan Al Qur'an Abul Khair, yang dinilainya kurang fasih.

"Bagaimana mungkin ia seorang sufi terkenal, makhraj bacaan Al Fatehahnya saja tidak bagus, bagaimana mungkin aku bisa menjadi muridnya?" guman sufi muda itu yang berniat mengurungkan niatnya untuk berguru kepada Abul Khair.

Dikepung Singa Padang Pasir.
Setelah itu, sufi muda itu berniat keluar dari majelis dan pergi tanpa permisi. Namun, begitu sufi muda itu keluar, ia langsung dihadang oleh seekor singa padang pasir yang buas. Singa itu mengaum dengan kerasnya seperti hendak memangsa sufi muda tersebut.

Karena ketakutan, sufi muda itu memilih untuk mudur. Akan tetapi di belakangnya juga ada seekor singa padang pasir lain yang menghalanginya.

Sufi muda itu seperti terjebak di tengah-tengah tanpa bisa berbuat sesuatu. Akhirnya, sufi muda itu menjerit keras karena ketakutan.

Begitu mendengar teriakan dari luar, Abul Khair segera turun keluar meninggalkan majelisnya. Ia menatap kedua ekor singa padang pasir yang buas itu dengan tatapan yang tajam.
Sesaat kemudian, Abul Khair menegur singa-singa itu,
"Wahai singa, bukankah sudah aku bilang padamu jangan pernah kalian mengganggu para tamuku."

Sungguh ajaib, kedua singa yang semula terlihat buas itu lalu duduk bersimpuh di hadapan Abul Khair. Sang sufi Abul Khair lalu mengelus-elus telinga kedua singa itu dan menyuruhnya pergi.
Setelah kedua hewan buas itu benar-benar pergi, sufi muda itu merasa keheranan.

"Bagaimana Anda dapat menaklukkan singa-singa yang begitu liar itu?" tanya sufi muda.
"Anak muda, selama ini aku sibuk memperhatikan urusan hatiku. Bertahun-tahun aku berusaha menata hati hingga aku tidak sempat berprasangka buruk kepada orang lain. Untuk kesibukanku menaklukkan hatiku ini, Allah SWT telah menaklukkan seluruh alam semesta kepadaku. Semua binatang buas di sini termasuk singa padang pasir yang buas itu, semua tunduk kepadaku," jelas Abul Khair.

Menata Hati.
Sufi muda itu hanya terdiam dengan penuh rasa malu.
Namun, di sisi lain ia begitu mengagumi karomah yang dimiliki oleh Abul Khair.

"Engkau tahu kekuranganmu, wahai anak muda?" kata Abul Khair.
"Tidak wahai guru," jawab sufi muda itu.
"Selama ini engkau sibuk memperhatikan hal-hal lahiriah hingga nyaris lupa memperhatikan hatimu, karena itu engkau takut kepada semuruh alam semesta," jelas Abul Khair.

Sufi muda itu akhirnya mengurngkan niatnya untuk pergi. Dia menetapkan hatinya untuk menjadi murid dari Abul Khair.
Ia bersyukur bisa menjadi murid Abul Khair yang senantiasa mengajarinya tentang pentingnya menjaga hati agar selalu berprasangka baik.

Monday, November 21, 2011

Nabi Musa Menampar Malaikat

Kisah Islamiah malam ini sangat menarik untuk dibaca dan sekaligus sebagai renungan malam.
Sungguh yang demikian ini mungkin hanya bisa dilakukan oleh kekasih Allah SWT semata menurut admin.


Nabi Musa as pernah berseteru dengan malaikat Maut yang menyamar sebagai manusia. Pada saat itu, Malaikat Maut yang hendak mencabut nyawa Nabi Musa as, ditampar hingga kedua mata malaikat itu buta.




Berikut ini Kisahnya.
Pedoman kisah dari kitab karya Imam Bukhari tentang kisah akan wafatnya Nabi Musa as.
Diceritakan bahwa pada suatu saat Malaikat Maut mendatangi Nabi Musa as.

"Wahai Nabiyulah, penuhilah panggilan Rabb-Mu," kata Malaikat Maut yang menyamar sebagai manusia biasa.
Ketika mendengar perkataan tersebut, Nabi Musa as tiba-tiba saja menampar malaikat Maut itu hingga kedua matanya buta. Malaikat Maut itu kebingungan dan akhirnya kembali lagi menghadap kepada Allah SWT.

"Ya Allah, Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba yang tidak menginginkan kematian," kata Malaikat.

Malaikat Yang Menyerupai Manusia.
Setelah kejadian itu, kemudian Allah SWT mengembalikan penglihatan malaikat tersebut dan menyuruhnya untuk kembali menemui Nabi Musa as.
Dengan perantaraan malaikat tersebut, Allah SWT meminta Nabi Musa as jika ingin menunda kematian, ada syarat yang harus dipenuhi.

"Wahai Nabiyullah, Allah SWT telah menyuruhku agar menyampaikan berita ini. Kalau engkau ingin menunda kematian, maka engkau harus meletakkan tanganmu di punggung sapi jantan, kemudian sejumlah bulu yang tertutupi tangan itu engkau akan diperpanjang umurnya selama 1 tahun," kata Malaikat Maut.
"Wahai malaikat, kemudian apa setelah hitungan itu?" tanya Nabi Musa as.
"Kemudian kematian," jawab malaikat.

Mendengar penjelasan itu, Nabi Musa as memilih untuk tidak menunda kematian.
"Maka sekarang saja kematianku datang tanpa diundur lagi," ujar Nabi Musa as.

Selanjutnya Nabi Musa as berdoa kepada Allah SWT untuk mendekatkan dirinya kepada Tanah Suci (Baitul Maqdis) sejarak lemparan batu. Di tempat itulah Nabi Musa as meninggal dunia.



Hadits Nabi tentang Wafatnya Nabi Musa as.
Mengenai tempat wafatnya Nabi Musa as tersebut, dalam sebuah hadits, Rasululah SAW bersabda,
"Seandainya aku di sana (Baitul Maqdis), maka sungguh akan aku perlihatkan kepada kalian kuburan Musa as, yaitu di sebelah jalan di gundukan pasir merah."

Menurut Ibnu Hibban mengenai Tamparan Nabi Musa kepada Malaikat Maut.
Mengenai kisah itu, Ibnu Hibban menjelaskan bahwa pada saat Nabi Musa as menampar wajah malaikat maut, Nabi Musa as tidak mengenali malaikat yang tengah berwujud sebagai manusia itu.

Malaikat maut itu berwujud sebagai manusia yang tidak dikenal oleh Nabi Musa as. Malaikat itu memasuki rumah Nabi Musa as tanpa permisi lagi.
Karena kedatangannya kepada sang Nabi dalam wujud yang tidak dikenal, dari itu maka Nabi Musa as menampar sang malaikat hingga keuda matanya buta.

Menurut Imam Al-Qurthubi.
Dalam kitabnya at Tadzkirah fiiAhwaalil Mautaa wa Umuuril Aakhirah, kebutaan yang dialami oleh malaikat maut tersbut bukanlah dalam arti yang sebenarnya. Hal senada juga dikatakan oleh Ibnu Mahdi ra.
Malaikat diberi kemampuan untuk berwujud apa saja yang dikehendaki Allah SWT.

Maka sepertinya Nabi Musa as menamparnya sewaktu malaikat menyamar sebagai wujud yang lain, karena setelah itu Nabi Musa as dapat melihat malikat tersebut bermata.
Wallahu A'lam.

Friday, November 18, 2011

Suara yang Menggetarkan Dinding Istana

Kisah Islamiah malam ini melanjutkan kisah tentang Sunan Kalijaga.
Bagi yang belum membaca cerita sebelumnya silahkan simak dibawah ini.
Pertemuan Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang
Sunan Kalijaga Mencari Guru Sejati



Kisahnya.
Arti dari Tongkat dan Bisa mengambang di air.
Dalm kisah sebelumnya, Raden Said kemudian disuruh menunggui tongkat (agama) di tepi sungai.
Itu artinya bahwa Raden Said diperintah untuk terjun ke dalam kancah masyarakat Jawa yang banyak memiliki aliran kepercayaan dan masih berpegang pada agama lama, yaitu Hindu dan Budha.

Sunan Bonang mampu berjalan di atas air sungai tanpa amblas ke dalam sungai, bahkan sedikitpun ia tidak terkena percikan air sungai itu.
Itu artinya bahwa Sunan Bonang dapat bergaul dengan masyarakat yang berbeda agama tanpa kehilangan identitas agama yang dianut oleh Sunan Bonang sendiri, yaitu agam Islam.




Demikianlah, Sunang Bonang mampu memperlihatkan banyak makna dari kegiatan yang dilakukan. Raden Said hingga terpana, padahal Raden Said masih bingung mencerna arti semua itu.

Kerinduan Seorang Ibu.
Setelah bertahun-tahun ditinggalkan kedua anaknya, ibunda Raden Said, istri dari Adipati Wilatikta seperti kehilangan gairah hidup. Terlebih setelah usaha Adipati Tuban berhasil menangkap para perampok yang mengacau Kadipaten Tuban.

Hati ibu Raden Said seketika terguncang.
Bagaimana tidak, kebetulan sekali saat ditangkap oleh para prajurit Tuban, kepala perampok itu mengenakan pakaian dan topeng sama persis dengan yang dikenakan Raden Said. Rahasia yang selama ini tertutup rapat terbongkarlah sudah. Dari pengakuan perampok itu, tahulah Adipati Tuban bahwa Raden Said tidak bersalah.

Ibu Raden Said menangis sejadi-jadinya.
Dia benar-benar telah menyesal telah mengusir anak yang disayanginya itu. Sang ibu tak pernah tahu bahwa anak yang didambakannya itu bertahun-tahun kemudian sudah kembali ke Tuban.
Hanya saja, Raden Said tidak langsung ke Kadipaten Tuban, melainkan ke tempat tinggal Sunan Bonang.

Lantunan Al Qur'an yang Hebat.
Untuk mengobati kerinduan sang ibu, tidak jarang Raden Said mengerahkan ilmunya yang tinggi, yaitu membaca Al Qur'an dari jarak jauh lalu suaranya dikirim ke istana Tuban.
Suara Raden Said yang merdu itu benar-benar menggetarkan dinding-dinding istana Kadipaten Tuban. Bahkan mengguncangkan isi hati Adipati Tuban dan istrinya. Namun meski begitu, Raden Said belum menampakkan dirinya.

Raden Said masih memiliki tugas yang harus dia kerjakan, yaitu menemukan adiknya yang telah pergi dari Kadipaten Tuban. Dia ingin mengajak adik kesayangannya itu untuk kembali ke dalam pelukan orang tua mereka.
Pada akhirnya, Raden Said berhasil menemukan adiknya yang bernama Dewi Rasawulan dan kemudian mereka menuju ke istana Kadipaten Tuban bersama-sama.



Melepas Rindu.
Tak terikirakan betapa bahagianya Adipati Tuban dan istrinya menerima kedatangan putra-putri yang sangat mereka cintai itu.
Setelah agak lama melepas rindu, tiba saatnya Adipati Tuban bercakap-cakap dengan Raden Said.
"Wahai anakku, apakah engkau yang telah menggetarkan dinding-dinding istana kadipaten Tuban ini?" tanya sang ayah.
"Benar ayahanda," jawab Raden Said.
"Dengan apa engkau menggetarkan dinding istana ini," tanya sang ayah lagi.
"Dengan bacaan Al Qur'an ayahanda, alhamdulillah aku mampu menggetarkan dinding istana kadipaten Tuban, semua berkata Allah SWT.. Hingga pada akhirnya saya berani kembali kemari sesuai dengan permintaan ayah dan ibu," jawab Raden Said.
"Wahai anakku, sungguh tinggi ilmu agamamu, semoga dapat engkau gunakan untuk kebaikan di tanah Jawa ini," ujar sang ayah.

Karena usia Adipati sudah tua, maka tampuk pimpinan akan diserahkan kepada anaknya, Raden Said. Namun, dengan halus Raden Said menolaknya.
Karena Raden Said tak bersedia menggantikan kedudukan ayahnya, akhirnya kedudukan Adipati Tuban diberikan kepada cucunya sendiri, yaitu putra dari Dewi Rasawulan dan Empu Supa.

Raden Said meneruskan pengembarannya, berdakwah atau menyebarkan agama Islam di Jawa Tengah hingga ke Jawa Barat.
Beliau sangat arif dan bijaksana dalam berdakwah sehingga mudah diterima dan dianggap sebagai Guru se tanah Jawa dari petani, pejabat, pedagang, bangsawan dan raja-raja.

Dalam usia lanjut,beliau memilih Kadilangu sebagai tempat tinggalnya yang terakhir. Hingga sekarang beliau dimakamkan di Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.
Semoga amal perjuangannya diterima di sisi Allah SWT.
Amiin..

Wednesday, November 16, 2011

Nabi Musa Ditegur Malaikat Jibril

Kisah Islamiah malam ini tentang kisah wanita teladan.
Seorang wanita ahli maksiat telah bertobat dengan sepenuh hati hingga mendatangi Nabi Musa.

Wanita ini telah melakukan dosa yang menurut dia sangat besar. Oleh karena itu, ia ingin sekali bertobat, hingga menghadaplah wanita ini kepada Nabi Musa. Namun apa yang terjadi, Nabi Musa telah menolak wanita ini. Lalu datanglah Malaikat Jibril untuk menegur Nabi Musa as.

Pada akhirnya, Nabi Musa memanggil wanita ini dan dimohonkan ampun dosanya oleh Nabi Musa as.
Kisahnya.
Pada suatu senja yang sepi, terlihat ada seorang wanita yang berjalan dengan terhutung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan kalau dia berada dalam duka yang sangat mendalam. Kerudungnya menangkup hampir seluruh wajahnya.

Kulitnya bersih, badan yang sexy serta raut wajahnya yang cantik, tidak dapat menghapus kesan duka yang tengah dia hadapi. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman Nabiyullah Musa as.




Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam, dan terdengarlah ucapan salam balasan dari dalam rumah serta mempersilahkan masuk.

Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil menundukkan kepalanya. Air matanya mengalir terus tiada henti-hentinya dan berkata kepada Nabi Musa as,
"Wahai Nabiyullah, tolonglah saya, tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya," kata wanita cantik itu.

"Apakah dosa yang telah engkau lakukan wahai wanita?" tanya Nabi Musa as terkejut.
"Wahai Nabiyullah, saya takut mengatakannya," jawab wanita cantik itu.
"Katakanlah, jangan ragu-ragu," ujar Nabi Musa as.

Teguran Malaikat Jibril Kepada Nabi Musa.
Maka, perempuan itu pun dengan nada terpatah bercerita,
"Saya...saya...telah berzina."
Mendengar pengakuan wanita cantik itu, Nabi Musa as mengangkat kepala, hatinya tersentak kaget. Wanita cantik itu kemudian meneruskan pengakuannya.
"Akibatnya saya hamil, setelah anak itu lahir, langsung saya...cekik lehernya sampai tewas," ucap wanita cantik itu seraya menangis sejadi-jadinya.

Dengan mata yang berapi-api, Nabi Musa mengusir wanita itu.
"Wahai perempuan, enyahlah engkau dari sini agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu itu," usir Nabi Musa as.

Wanita cantik itu makin hancur lebur hatinya.
Dengan segera ia bangkit dan melangkahkan kakinya keluar dari kediaman Nabi Musa as.
Sepanjang perjalanan dia menangis, air matanya tak bisa berhenti barang sebentar saja. Dai sangat menyesal dan sungguh-sungguh ingin bertobat.

Ratap tangsinya memilukan hati.
Ia tidak tahu lagi harus kemana hendak mengadu. Langkahnya gontai tak tentu arah.
Wanita cantik ini dalam hati yakin, tidak ada lagi manusia yang dapat membantunya untuk bertobat.

Dalam langkah perlahan dan sambil menangis dia berguman dalam hati,
"Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, mana mungkin manusia lain menerimanya?"
Terbayang langsung olehnya betapa besar dosa yang telah dia lakukan.
Dia merasa dosanya seperti bumi dan langit bergabung menjadi satu, betapa jahat sekali perbuatan yang telah dia perbuat.



Dosa yang Lebih Besar dari Pezina dan Pembunuh.
Di lain tempat, di kediaman Nabi Musa as, Malaikat Jibril turun dan mendatangi Nabi Musa as.
Malaikat Jibril bertanya,
"Wahai Nabi Musa as, mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya."

Nabi Musa as langsung terperanjat kaget mendengar penuturan Malikat Jibril.
"Dosa apakah yang lebih besar daripada kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" tanya Nabi Musa as.

Dengan rasa ingin tahu, Nabi Musa as bertanya kepada Malaikat Jibril,
"Benarkah ada dosa yang lebish besar daripada perempuan nista itu?"
"Ada," jawab Malaikat Jibril.
"Dosa apakah itu?" tanya Nabi Musa as dengan penasaran.
"Dosa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar daripada seribu kali berzina."

Mendengar penjelasan Malaikat Jibril tersebut, Nabi Musa as kemudian mencari wanita yang baru diusirnya. Setelah agak lama mencari, akhirnya Nabi Musa melihat wanita yang berjalan gontai sambil menundukkan kepala serta menangis tersebut.

Begitu terlihat Nabi Musa as, wanita cantik itu tersungkur sambil menangis.
Nabi Musa as berkata,
"Wahai wanita, aku akan memohonkan ampun atas perbuatanmu kepada Allah SWT."
Nabi Musa as mengangkat tangan di jalan itu juga dengan khusyuknya beliau berdoa untuk memohonkan ampunan kepada Allah SWT untuk perempuan tersebut.

Nabi Musa as berpesan kepada wanita cantik itu agar selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.
Nabi Musa as menyadari bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja dan tanpa penyesalan, itu sama saja dengan berpendapat bahwa shalat itu tidak wajib dan tidak perlu.

Hal tersebut berarti orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja dan tanpa penyesalan seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak memiliki HAK untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya.
Sedangkan orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh, seperti wanita itu, berarti masih mempunyai iman di dalam dadanya.

Tuesday, November 15, 2011

Dialog Malaikat Jibril dan Rasulullah tentang Neraka

Kisah islamiah pada pagi hari ini tentang dialog antara Malaikat jibril dan Rasulullah SAW tentang Neraka.
Rasulullah SAW pernah mengalami kesedihan yang luar biasa sehingga sampai menitikkan air mata.

Rasulullah SAW sedih apabila nantinya ada dari umatnya yang termasuk golongan ahli neraka, karena neraka memiliki 7 buah pintu yang masing-masing disesuaikan dengan amal ibadahnya.


Kisahnya.
Nabi Muhammad SAW suatu ketika didatangi oleh Malaikat Jibril yang akan menurunkan wahyu dari Allah SWT mengenai neraka dan pintu-pintunya.
Rasulullah SAW kemudian meminta Malaikat Jibril untuk menyebutkan golongan umat yang kelak akan melewati pintu-pintu itu.

"Wahai Jibril, siapakah yang akan menempati pintu pertama?" tanya Rasulullah SAW.
"Pintu pertama dinamakan Hawiyah, yang diperuntukkan bagi kaum munafik dan kafir," jawab Malaikat Jibril.

Rasulullah SAW Sangat Sedih.
"Lalu siapakah yang akan melewati pintu kedua? tanya Rasul kembali.
"Pintu kedua dinamakan Jahim, yang diperuntukkan bagi kaum musyrikin," jelas Malaikat jibril.
"Bagaimana dengan pintu ketiga?" tanya Rasulullah SAW kembali.
"Pintu ketiga dinamakan Saqar, yang diperuntukkan bagi kaum Shobiin atau kaum penyembah api," jawabMalaikat Jibril.




"Selanjutnya pintu keempat untuk siapa?" tanya Rasulullah SAW.
"Pintu keempat dinamakan Ladha, untuk iblis dan pengikutnya," jawab Jibril.

Rasulullah SAW terdiam sejenak, ia berharap tidak ada satu pintu neraka yang diperuntukkan bagi umatnya.
"Kemudian pintu kelima dan keenam untuk siapa?" kata Rasululah SAW.
"Pintu kelima dinamakan Huthomah, diperntukkan bagi Yahudi, sedangkan pintu keenam dinamakan Sa'ir untuk kaum kafir," jelas Malaikat Jibril.

Ada Pintu Neraka untuk Umat Muhammad.
"Wahai Jibril, sekarang ceritakanlah kepadaku tentang pintu neraka yang ke tujuh itu?" pinta Rasulullah SAW.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Malaikat Jibril sejenak diam seperti ragu hendak menceritakannya. Akan tetapi karena Rasululah SAW terus mendesaknya, maka Malaikat Jibril tak kuasa menolaknya.

"Ya Rasulullah, pintu ke tujuh itu diperuntukkan bagi umatmu yang berdosa besar dan meninggal dunia sebelum mengucapkan tobat," jelas Malaikat Jibril yang sedikit ketakutan.

Begitu mendengar penjelasan yang terkahir ini, Rasulullah SAW langsung pingsan seketika itu juga. Beliau tak menyangka bahwa umatnya pun disediakan tempat di neraka. Setelah sadar dari pingsannya, Rasululah SAW masih tampaksedih sekali. Beliau tidak dapat menahan air matanya yang mengalir deras.

Sungguh Nabi dan Rasul yang snagat peduli terhadap umatnya, bahkan setelah sepeninggalnya.
Semoga kita mendapat syafa'at dari Rasulullah SAW ini.
Amiin.

"Wahai Jibril, aku sangat sedih sekali mendengar penjelasanmu. Apakah ada umatku nanti yang akan masuk ke pintu ke tujuh itu?" tanya Rasulullah SAW dengan kesedihan yang mendalam.
Dan ternyata Malikat Jibril mengangguk yang berarti memang ada dari umat Nabi Muhammad yang masuk ke neraka melalui pintu ke tujuh.
Namun, hanya umat Nabi Muhammad SAW yang melakukan dosa besar dan mati sebelumbertobat saja yang akan melewati pintu ke tujuh itu.



Asbabun Nuzul.
Selama beberapa hari setelah kedatangan Malaikat Jibril itu, Rasulullah SAW tidak berbicara dengan orang lain.
Beliau hanya mengurung diri di rumahnya. Beliau hanya keluar rumah kalau ke masjid ketika tiba waktu shalat, setelah shalat Beliau kembali mengurung diri di rumah.

Para sahabat yang melihatnya pun juga turut sedih dan meneteskan air mata. Mereka kemudian berkunjung ke rumah RasulullahSAW dan menanyakan perihal perasaan sedih yang dialami.
"Ya Rasululah, mengapa engkau tampak sangat sedih sekali," tanya salah seorang sahabat.
"Wahai sahabatku, sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku dan menyampaikan wahyu tentang neraka yang memiliki tujuh pintu," ujar Rasulullah SAW.

"Ya Rasulullah, adakah salah satu pintu untuk kami semua?" tanya sahabat.
Dengan menitikkan air mata, Rasululah menganggukkan kepala.
"Salah satu pintu itu diperuntukkan bagi umatku yang mnelakukan dosa besar dan mati sebelum betobat kepada Allah SWT," ujar Rasulullah SAW.

Setelah sejenak terdiam, Rasulullah SAW melanjutkan penuturannya.
"Oleh karena itu, janganlah sekali-kali terpengaruh oleh tipu daya iblis, karena ia adalah musuh yang nyata dan akan menjerumuskan ke neraka," lanjut Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.

Kisah inilah yang merupakan asbabun nuzul atau sebab turunnya ayat Al Qur'an, Surat Al Hijr ayat 14.
Allah SWT berfirman,
لَهَا سَبْعَةُ أَبْوَابٍ لِكُلِّ بَابٍ مِنْهُمْ جُزْءٌ مَقْسُومٌ
Artinya:
"Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka."

Sunday, November 13, 2011

Awal Permusuhan Anjing dan Kucing

Kisah Islamiah pada pagi ini berlanjut tentang kisah awal mula permusuhan antara Anjing dan kucing. Seperti kita lihat sekarang ini, kucing yang bentuk tubuhnya lebih kecil ini selalu takut dengan anjing, malah terkadang terjadi perkelahian yang tak terhindarkan.

Semuanya itu ada kisah tersendiri.
Awal mula permusuhan ini terjadi semenjak masa Nabi Nuh as.


Kisahnya.
Dikisahkan, ketika Nabi Nuh as menaiki perahunya, Nabi Nuh as melarang semua penumpang baik manusia maupun binatang untuk melakukan perkawinan.
Larangan tersebut dikarenakan untuk menjaga muatan kapal agar tidak terlalu berat oleh anak-anak yang lahir.

Dari keterangan tersebut, diungkap bahwa berlabuhnya kapal Nabi Nuh as otomatis lebih dari usia kandungan seorang ibu, karena Nabi Nuh telah mengisyaratkan bahwa beliau khawatir anak-anaknya akan membebani kapal yang bisa membuat tenggelam sebab kelebihan muatan.




Naik Perahu Berpasang-pasangan.
Setidaknya ada 40 pasang suami istri dan binatang lain yang masing-masing sepasang.
Tak luput pula sepasang ekor anjing dan sepasang kucing.
Seluruh penumpang mentaati larangan Nabi Nuh as untuk tidak melakukan perkawinan, kecuali hewan yang bernama anjing ini.


Si anjing ini bandel sekali dengan tetap saja mengawini anjing betina. Mengetahui hal ini, kemudian kucing melaporkan kejadian itu kepada Nabi Nuh as.
Namun, tetap saja si anjing jantan membandel mengawini anjing betina berulangkali.



"Wahai Anjing, kenapa engkau tidak mentaati perintah Nabiyullah Nuh as dengan tetap mengawini pasanganmu?" ujar kucing kepada anjing.
Namun, Si anjing diam saja mendengar teguran si kucing.
Meskipun sudah diingatkan oleh kucing berulangkali, anjing ini tetap saja melakukan perbuatan itu.

Hingga setiap kali ada perbuatan tersebut, kucing selalu melapor kepada Nabi Nuh as.
Kejadian berulangkali tiada dapat dihentikan.
Akibatnya, antara kucing dan anjing hingga sekarang terjadi perseteruan, menjadi musuh bebuyutan sampai sekarang.

Wallahu A'lam.

Saturday, November 12, 2011

Mukjizat Air Mancur Arafah

Kisah Islamiah malam ini tentang air muncur yang berada di Arafah.
Pada usianya yang terbilang masih muda, aneka mukjizat sudah muncul, salah satunya adalah air mancur di Arafah.
Bukan itu saja, tutur kata yang lembut, sikap yang santun serta selalu berpikir positif membuat Muhammad dipercaya semua orang dan dijuluki Al Amin.


Kisahnya.
Waktu terus bergulir, Nabi Muhammad mulai tumbuh menjadi remaja yang rupawan. Pola pemikiran yang cerdas dan suka membantu orang-orang di sekelilingnya menjadi nilai tersendiri di mata sang paman. Tak heran, bila kemana pun Abu Thalib berpergian selalu membawa serta Muhammad. Seperti saat berdagang ke pasar Zulmajaz.

Mukjizat.
Letak pasar Zulmajaz memang cukup jauh dari tempat tinggal Abu Thalib dan Muhammad. Tak heran jika di tengah perjalanan, perbekalan mereka habis. Saat itu, Abu Thalib merasa sangat haus sekali. Air yang mereka bawa sudah habis dan mustahil menemukan air di sekitar tempat itu.
Saat itulah Abu Thalib teringat akan keponakannya, ia tahu bila ada Muhammad di sampingnya, tidak akan ada kelaparan atau kehausan.

Dengan lirih, ia pun berkata,
"Keponakanku, aku sangat haus sekali, bisakah engkau membantuku?"
Muhammad segera berbalik dan menatap pamannya. Dilihatnya bibir pamannya mengering. Abu Thalib tahu, bahwa keponakannya itu akan membantunya dan segera akan mendapatkan air.

Tapi, mana mungkin ia bisa memperolehnya di tengah gurun yang panas dan gersang seperti itu. Mendapat keluhan dari pamannya, Muhammad segera turun dari untanya dan berdoa kepada Allah SWT. Begitu Muhammad menyentuh tanah dengan tumitnya, air mulai keluar dari dalam tanah.
Subhanallah...
Air itu mengalir seperti air mancur kecil yang mengalir dengan deras.

Abu Thalib Takjub.
Abu Thalib penuh takjub melihat kejadian itu. Seketika itu juga Muhammad mengisi wadah air yang dimilikinya dengan air dan mengulurkan kepada pamannya.
"Ini paman, ambillah," ujar Muhammad.

Abu Thalib meminum air itu dengan puas. Ia sangat bersyukur memiliki keponakan yang dilimpahi rahmat dan mukjizat oleh Allah SWT.
Dipeluknya keponakannya itu dengan penuh rasa sayang, kekaguman dan rasa bangga. Mereka lalu melanjutkan perjalanan.

Air mancur yang keluar dari tempat Muhammad berpijak, hingga sekarang tak pernah mengering. Bahkan, sampai saat ini orang-orang yang pergi ke sana untuk melaksanakan ibadah haji menggunakannya untuk minum damn mendinginkan badan.

Orang-orang Menyebutnya Air mancur Arafah.

Thursday, November 10, 2011

Adu Tanding Sunan Bonang dan Brahmana Sakyakirti

Kisah islamiah pada siang ini mengenai Sunan Bonang.
Bukan main kesaktian (karomah) yang dimiliki Sunan Bonang berikut ini. Sudah sakti namun tak pernah sombong sedikitpun.
Sungguh bisa dijadikan teladan oleh semuanya.

Seorang Brahmana dari India ingin menjajal kesaktian ulama besar tanah Jawa yang bernama Sunan Bonang. Rasa penasaran yang menggebu, hingga berlayar sampai ke tanah Tuban hanya untuk beradu tanding dengan Sunan Bonang.


Kisahnya.
Agama Islam telah menyebar luas di tanah Jawa hingga sampailah berita ini kepada para pendeta Brahmana dari India. Salah seorang Brahmana tersebut adalah Sakyakirti.
Maka, bersama beberapa orang muridnya, ia berlayar menuju Pulau Jawa. Tak lupa, dibawanya juga kitab-kitab referensi yang telah dipelajari untuk dipergunakan adu debat dengan para penyebar Agama Islam di Tanah Jawa.

"Aku Brahmana Sakyakirti, akan menantang Sunan Bonang untuk berdebat dan adu kesaktian," sumpah Brahmana sembari berdiri di atas geladak di buritan kapal layar.
"Jika dia kalah, maka akan aku tebas batang lehernya. Jika dia yang menang akau akan bertekuk lutut untuk mencium telapak kakinya. Akan aku serahkan jiwa ragaku kepadanya," lanjut sumpah Brahmana.

Murid-muridnya yang setia berdiri dan mengikutinya dari belakang untuk menjadi saksi atas sumpah yang diucapkan di tengah samudera.

Badai Datang.
Namun ketika kapal yang ditumpanginya sampai di perairan Tuban, mendadak laut yang tadinya tenang tiba-tiba bergolak hebat. Angin dari segala penjuru seolah berkumpul menjadi satu, menghantam air laut sehingga menimbulkan badai setinggi bukit.

Dengan kesaktiannya, Brahmana Sakyakirti mencoba menggempur badai yang hendak menerjang kapal layarnya. Satu kali, dua kali hingga empat kali Brahmana ini dapat menghalau terjangan badai. Namun kali ke lima, dia sudah mulai kehabisan tenaga hingga membuat kapal layarnya langsung tenggelam ke dalam laut. Dengan susah payah dicabutnya beberapa batang balok kayu untuk menyelamatkan diri dan menolong beberapa orang muridnya agar jangan sampai tenggelam ke dasar samudera.




Walaupun pada akhirnya ia dan para pengikutnya berhasil menyelamatkan diri, namun kitab-kitab referensi yang hendak dipergunakan untuk berdebat dengan Sunan Bonang telah kut tenggelam ke dasar laut.
Padahal kitab-kitab itu didapatkannya dengan susah payah dan cara mempelajarinya pun juga tidak mudah. Ia harus belajar Bahasa Arab terlebih dahulu, pura-pura masuk Islam dan menjadi murid ulama besar di negeri Gujarat. Kini, setelah sampai di perairan Laut Jawa, tiba-tiba kitab-kitab yang tebal itu hilang musnah di telan air laut.

Meski demikian, niatnya untuk mengadu ilmu dengan Sunan Bonang tak pernah surut.
Ia dan murid-muridnya telah terdampar di tepi pantai yang tak pernah dikenalnya. Ia bingung harus kemana untuk mencari Sunan Bonang. Ia menoleh ke sana kemari namun tak seorang pun yang lewat di daerah itu.

Bertemu Lelaki Berjubah Putih.
Pada saat hampir dalam keputusasaan, tiba-tiba di kejauhan ia melihat seorang lelaki berjubah putih sedang berjalan sembari membawa tongkat. Ia dan murid-muridnya segera berlari menghampiri dan menghentikan langkah orang itu. Lelaki berjubah putih itu menghentikan langkahnya dan menancapkan tongkatnya ke pasir.

"Kisanak, kami datang dari India hendak mencari seorang ulama besar bernama Sunan Bonang. Dapatkah kisanak memberitahu di mana kami bisa bertemu dengannya?" tanya sang Brahmana.
"Untuk apa Tuan mencari Sunan Bonang?" tanya lelaki itu.
"Akan saya ajak berdebat tentang masalah keagamaan," jawab sang Brahmana.
"Tapi sayang, kitab-kitab yang saya bawa telah tenggelam ke dasar laut. Meski demikian niat saya tak pernah padam. Masih ada beberapa hal yang dapat saya ingat sebagai bahan perdebatan," imbuh sang Brahmana.

Tanpa banyak bicara, lelaki berjubah putih itu mencabut tongkatnya. Mendadak saja tersembur air dari bekas tongkat tersebut dan air itu membawa keluar semua kitab yang dibawa sang Brahmana.
"Itukah kitab-kitab Tuan yang tenggelam ke dasar laut?" tanya lelaki itu.
Sang Brahmana dan pengikutnya kemudian memeriksa kitab-kitab itu, dan tenyata benar milik sang Brahmana. Berdebarlah hati sang Brahmana sembari menduga-duga siapakah sebenarnya lelaki berjubah putih itu.

Murid-murid sang Brahmana yang kehausan sejak tadi segera saja menyerobot air jernih yang memancar itu. Brahmana Sakyakirti memandangnya dengan rasa kuatir, jangan-jangan murid-muridnya itu akan segera mabuk karena meminum air di tepi laut yang pastilah banyak mengandung garam.
"Segar...Aduuh...segarnya..." seru murid-murid sang Brahmana dengan girangnya.

Brahmana Sakyakirti termenung.Bagaimana mungkin air di tepi pantai terasa segar. Ia mencicipinya sedikit dan ternyata memang segar rasanya.
Rasa herannya menjadi-jadi terlebih jika berpikir tentang kemampuan lelaki berjubah putih itu yang mampu menciptakan lubang air yang memancar dan mampu menghisap kitab-kitab yang tenggelam ke dasar laut.

Sang Brahmana berpikir bahwa lelaki berjubah putih itu bukanlah lelaki sembarangan.
Dia mengira bahwa lelaki itu telah mengeluarkan ilmu sihir, akhirnya dia mengerahkan ilmunya untuk mendeteksi apakah semua itu benar hanya sihir. Namun setelah dikerahkan segala kemampuannya, ternyata bukan, bukan ilmu sihir, tapi kenyataan.

Sang Brahmana Jatuh Tersungkur.
Seribu Brahmana yang ada di India pun tak akan mampu melakukan hal itu, pikir Brahmana dalam hati.
Dengan perasaan takut dan was-was, ia menatap wajah lelaki berjubah itu.
"Mungkinkah lelaki ini adalah Sunan Bonang yang termasyhur itu?" gumannya dalam hati.

Akhirnya sang Brahmana memberanikan diri untuk bertanya kepada lelaki itu.
"Apakah nama daerah tempat saya terdampar ini?" tanya Brahmana dengan hati yang berkebat-kebit.
"Tuan berada di pantai Tuban," jawab lelaki berjubah putih itu.

Begitu mendengar jawaban lelaki itu, jatuh tersungkurlah sang Brahmana beserta murid-muridnya.
Mereka menjatuhkan diri berlutut di hadapan lelaki itu. Mereka sudah yakin sekali bahwa lelaki inilah yang bernama Sunang Bonang yang terkenal sampai ke Negeri India itu.

"Bangunlah, untuk apa kalian berlutut kepadaku? Bukankah sudah kalian ketahui dari kitab-kitab yang kalian pelajari bahwa sangat terlarang bersujud kepada sesama makhluk. Sujud hanya pantas dipersembahkan kepada Allah Yang Maha Agung," kata lelaki berjubah putih itu yang tak lain memang benar Sunan Bonang.
"Ampun...Ampunilah saya yang buta ini, tak melihat tingginya gunung di depan mata, ampunkan saya...," rintih sang Brahmana meminta dikasihani.

"Bukankah Tuan ingin berdebat denganku dan mengadu kesaktian?" tukas Sunan Bonang.
"Mana saya berani melawan paduka, tentulah ombak dan badai yang menyerang kapal kami juga ciptaan paduka, kesaktian paduka tak terukur tingginya. Ilmu paduka tak terukur dalamnya," kata Brahmana Sakyakirti.

"Engkau salah, aku tidak mampu menciptakan ombak dan badai, hanya Allah SWT saja yang mampu menciptakan dan menggerakkan seluruh makhluk. Allah melindungi orang yang percaya dan mendekat kepada-Nya dari segala macam bahaya dan niat jahat seseorang," ujar Sunan Bonang.

Sang Brahmana merasa malu.
Memang kedatangannya bermaksud jahat ingin membunuh Sunan Bonag melalui adu kepandaian dan kesaktian.
Ternyata niatnya tak kesampaian. Apa yang telah dibacanya dalam kitab-kitab yang telah dipelajari telah terbukti.
Bahwa Barang siapa yang memusuhi para wali-Nya, maka Allah akan megumumkan perang kepadanya. Menantang Sunan Bonang sama saja dengan menantang Allah SWT yang mengasihi Sunan Bonang sendiri

Hatinya ketakutan, bagaimana jadinya bilamana niatnya kesampaian.
Bukan Sunan Bonang yang akan dibunuh, malah bisa sebaliknya dia sendiri yang akan binasa karena murka Tuhan.

Setelah kejadian tersebut, akhirnya sang Brahmana dan murid-muridnya rela memeluk agama islam atas kemauannya sendiri tanpa paksaan.
Sang Brahmana dan pengikutnya telah menjadi murid dari Sunan Bonang.

Wednesday, November 9, 2011

Dialog Roh dan Doktor

Bagaimanapun juga, jin muslim maupun jin kafir bisa saja masuk ke dalam tubuh manusia.
Jin kafir ini lebih dikenal dengan nama setan.
Seperti kisah di bawah ini yang menceritakan dialog antara roh yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dan seorang doktor yang pandai mendatangkan roh.

Kisah islamiah yang satu ini tak kalah menarik untuk disimak, semoga menambah keyakinan kita, bahwa setan selalu berusaha menjerumuskan manusia meskipun berlagak baik, menyerupai sesuatu yang kita cintai, menyamar sebagai roh dan sebagainya.

Percakapan roh yang menurut mereka ini, sumbernya adalah Karl I. Weckland, Tsalatsun Sanah Bayn Al-Mauta.
Selamat membaca.


Kisahnya.
Pada zaman dahulu ada seorang doktor yang diberi kelebihan untuk mendatangkan roh. Bukti yang sangat kuat tentang bohongnya jin-jin telah mendorong orang-orang yang mendatangkan arwah atau roh. Jin yang mereka datangkan berwajah merah dan dalam keadaan marah, ternyata bukannya roh yang datang, melainkan jin, bisa jadi demikian.
Wallahu A'lam.

Roh Datang dalam Sekejap.
Doktor: "Apakah engkau arwah orang asing, dan darimana asalmu?"
Roh: "AKu berasal dari tempat yang sangat jauh sekali. Tetapi mengapa engkau memanggilku, sehingga menggangguku ketika aku sedang minum-minum dan bersantai?"

Roh tersebut merupakan roh seorang pemuda yang bernama Paul Hopkins yang didatangkan melalui mediator seorang perempuan.

Doktor: "Engkau harus mengubah kebiasaan lamamu yang buruk."
Roh: "Aku berada di tempat yang sangat jauh, aku haus sekali."
Doktor: "Dari mana asalamu?"
Roh: "Berilah aku sesuatu. Tenggorokanku kering betul..."
Doktor: "Tidakkah engkau mengerti bahwa engkau telah kehilangan jasadmu dan kini engkau adalah roh? Apakah engkau mengerti apa yang kubicarakan?"
Roh: "Tidak, aku tidak mengenalmu. Minta minum...Kering betul tenggorokanku...
Aku baru meneguk beberapa tetes minumanku ketika engkau memanggilku.."

Roh Mempengaruhi Nyonya untuk Minum Wyski.
Doktor: "Apakah engkau mempengaruhi nyonya ini agar dia minum wyski demi kepentinganmu?"
Roh: "Nyonya? Aku minum untuk diriku sendiri, dan nyonya ini tidak akan tersentuh apapun. Maksudku, semuanya untuk diriku. Engkau tidak akan bisa berbuat banyak untuk hari-hari sekarang ini."

Doktor: "Engkau telah memasuki kehidupan nyonya ini. Tetapi ini bukan tubuhmu. Tidakkah engkau mengerti akan hal ini? Ini adalah tubuh seorang wanita."
Roh: "Wanita?
Doktor: "Benar, coba perhatikan gaunmu.."
Roh: "Aku tidak tahu, apa itu gaun, tetapi aku adalah perempuan dari dulu hingga sekarang.."

Doktor: "Melalui wanita ini engkau memperoleh wyski. Mestinya engkau malu terhadap dirimu sendiri. Engkau tidak sekedar merendahkan dirimu sendiri, tetapi juga menguasai tubuh nyonya ini."
Roh: "Mengapa aku mesti malu? Aku tidak melakukan apa-apa, kecuali sekedar minum wyski."




Doktor: "Engkau berada di lingkungan asing. Engkau didatangkan kemari dan diberi kesempatan untuk menggunakan tubuh nyonya ini beberapa waktu lamanya. Sekedar engkau ketahui, engkau harus meninggalkan tubuhnya. Nama nyonya ini adalah Nyonya F. Apakah engkau mengenalnya?"
Roh: "Itu bukan namaku. Saya tidak lagi memakai namaku sejak lama dan aku merasakan ini sebagai sesuatu yang aneh dari waktu ke waktu. Aku merasa serba salah dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dulu ada di sekitarku."


Roh tak Bisa Dilihat.
Doktor: "Mengapa tidak engkau cari penyebabnya? Sesungguhnya engkau sudah meninggalkan jasad fisikmu."
Roh:"Apa yang telah terjadi padaku?"
Doktor: "Engkau adalah roh yang tidak dapat kami lihat. Kami tidak bisa melihatmu."
Roh: "Tidak bisa melihatku?"
Doktor: "Ya, aku tidak bisa melihatmu."

Roh: "TIdak bisa melihatku? Aku adalah orang yang tinggi besar. Tetapi mengapa engkau tidak bisa melihatku? Barangkali engkau harus minum juga. Katakan, apa engkau akan memberiku gelas? Nah, kalau begitu, kita akan menjadi kawan. Alangkah senangnya aku jika engkau bisa memberiku sedikit wyski."

Doktor: "Kalau begitu kita akan baik-baik saja..."
Roh:"Tentu, jika engkau memberiku wyski, pasti aku akan menyampaikan sesuatu yang kusebutkan dalam wasiatku. Berilah aku sesuatu yang bisa kuminum dan kita akan menjadi kawan."

Doktor: "Ah..engkau buang-buang waktu saja, yang ingin kami lakukan adalah engkau bisa mengerti keadaanmu. Engkau adalah roh yang tidak terlihat dan kini engkau masuk ke dalam tubuh seorang wanita."
Sambil mengamati tubuhnya, roh itu berkata.
Roh: "Cincin ini bukan milikku. Tetapi bagaimana mungkin orang lain bisa mengenakannya pada diriku?"
Doktor: "Apa engkau kenal dengan kedua tangan ini?"
Roh: "Tidak, agaknya aku terlalu banyak minum. Tetapi aku memang merasa sedang mabuk. Terlalu banyak minum...Sepertinya engkau bisa membuat orang menjadi buta dengan berbagai macam cara.
Dan ini, barangkali juga seperti itu...Rasanya aku bisa melihatmu. Aku buta...Beri aku sesuatu...Jadilah orang yang baik.
Beri akusegelas wyski saja. Nanti aku akan berbuat baik kepadamu. Mau?

Dalam percakapan di atas bisa kita ketahui bahwa si roh yang Insya Alloh hanya jin, sangat menyukai khamr. Dia masuk ke dalam tubuh nyonya tersebut dan memaksanya minum wyski, sekalipun nyonya itu sendiri tidak pernah meminumnya.

Baca juga ayat Al-Qur'an, Surat Al-Mu'minun ayat 99-100.
Ayat ini turun karena ada seorang sahabat yang menanyakan tentang roh.
"Mereka menanyakan kepadamu tentang roh, Katakanlah," Roh adalah urusan Tuhanku."

Allah SWT berfirman,
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

Artinya:
Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.
(QS. Al-Mu'minun: 99-100).

Tuesday, November 8, 2011

Jenazah diLindungi Sayap Malaikat

Kisah Islamiah pada pagi ini tentang sakaratul maut.
Pada zaman Rasululah SAW, terdapat seorang pejuang gagah berani yang berjuang di jalan Allah SWT.
Karena ketulusannya dalam membela Islam melalui perang, menjadikan jenazahnya dilindungi oleh sayap Malaikat.


Kisahnya.
Tak dapat diketahui secara pasti kelahiran Abdullah bin Amru bin Harram. Abdullah bin Amru ini termasuk golongan 70 orang yang ikut dalam pembaiatan Rasulullah SAW di Aqobah Kedua. Ia juga dipercaya sebagai salah satu ketua dari 12 ketua yang ikut dalam pembaiatan Rasulullah.
Selama hidupnya bersama Rasululah SAW, ia ikut perang Badar dan maju ke medan perang seperti pahlawan yang penuh keberanian.

Sebelum pergi ke medan perang UHUD pada tahun ke 3 Hijriyah, ia berkata,
"Aku tidak ingin melihat aku terbunuh di perang ini tapi aku berharap menjadi orang pertama yang mati syahid diantara orang-orang muslim."


Perang Uhud.
Diantara peperangan yang diikuti adalah Perang Badar dan Uhud.
Pada waktu perang Uhud, anaknya yang bernama Jabir bin Abdullah bercerita bahwa pada suatu malam ayahnya memanggil dirinya pada waktu hendak di mulai perang Uhud. Ayahnys berkata,
"Rasanya sayalah yang akan terbunuh diantara para sahabat dalam perang ini. Semoga saya orang pertama yang mati syahid. Demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih saya cintai setelah Rasulullah SAW melainkan dirimu. Saya mempunyai hutang, maka kelak kalau saya wafat bayarlah hutangku dan berilah nasehat kepada saudaramu yang lain."

Keesokan harinya, umat islam keluar rumah untuk menghadapi kaum kafir Quraisy. Mereka datang dengan tentara yang tidak sedikit.
Terjadilah peperangan yang sangat hebat. Namun para pemanah melanggar perintah Rasululah SAW agar tetap berjaga di tempatnya. Rasul ini merupakan seorang pemimpin perang yang sangat-sangat ulung.

Pada saat pasukan pemanah tidak mematuhi perintah Rasulullah SAW, maka pasukan kafir Quraisy menggempur habis-habisan sehingga umat islam dapat dikalahkan. Di antara pahlawan umat islam yang gugur dalam perang itu adalah Abdullah bin Amru.




Malaikat Hadir.
Setelah selesai berperang, umat islam mengumpulkan pasukannya yang telah wafat.

Jabir pun ikut mencari di mana ayahnya. Setelah itu, akhirnya Jabir menjumpai mayat ayahnya yang sudah tidak bernyawa lagi.
Dalam perang itu, Abdullah bin Amru gugur sebagai Syuhada. Rasulullah SAW ikut belasungkawa sekaligus bangga terhadap Abu Jabir hingga beliau bertakziah ke keluarga Abdullah bin Amru.

Pada waktu Rasulullah SAW melihat Jabir dan keluarganya sedang menangis, Rasul bersabda,
"Kalian menangis atau tidak menangis, para malaikat akan melindunginya dengan saya-sayapnya."

Subhanallah...
Pastilah benar dan sungguh benar setiap kata yang diucapkan oleh Rasulullah SAW.
Setiap kata yang diucapkan tak ada dusta sama sekali, hingga terciptalah judul postingan ini.

Setelah mendengar penuturan Rasululah SAW itu, keluarga Abdullah bin Amru bertambah pasrah dan ikhlas.
Pada suatu hari Rasulullah SAW bersabda,
"Wahai Jabir, Allah tidak pernah berbicara kepada seseorang melainkan di balik tabir. Dan Allah SWT berbicara dengan ayahmu secara langsung."

Makam Baqi'
Suatu saat Rasul juga pernah menceritakan bahwa ada keinginan yang kuat dari ayahnya Jabir ini untuk berjuang membela agama Allah SWT.
Abdullah binAmru pernah berdoa,
"Ya Allah, berikanlah keturunanku nikmat yang engkau berikan padaku."

Rasulullah SAW memerintahkan untuk menguburkan jenazah Abdullah bin Amru bin Harram di kuburan Baqi bersama Amru bin Al-Jumuh dalam satu kuburan.
Sebab keduanya adalah teman akrab yang saling mencintai di jalan Allah SWT selama hidupnya.

Monday, November 7, 2011

Sunan Kalijaga Mencari Guru Sejati

Sebagi lanjutan tentang kisah walisanga, yaitu Sunan Kalijaga yang berjudul Pertemuan Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang, Kisah Islamiah berlanjut.
Kali ini tentang perjalanan Raden Said atau Sunan Kalijaga yang mencari guru sejati.


Kisahnya.
Setelah menyaksikan betapa hebat karomah orang yang berjubah puith itu yang tak lain adalah Sunan Bonang, Putra dari Sunan Ampel yang bermukim di Surabaya.
Karomah Sunan Bonang yang mampu merubah buah aren menjadi emas seluruhnya merupakan keajaiban, dan bukan sembarang orang bisa melakukannya.

Ucapan-ucapan dari orang tua berjubah putih tersebut masih terngiang di telinganya, yaitu tentang beramal dengan barang haram yang disamakan dengan mencuci pakaian dengan air kencing, tentang berbagai hal yang terkait dengan upaya memberantas kemiskinan.

Raden Said memutuskan untuk mengejar orang itu. Segenap kemampuan dikerahkannya untuk berlari cepat hingga akhirnya dia dapat melihat bayangan orang itu dari kejauhan.
Sepertinya orang tua itu berjalan santai saja dalam melangkahkan kaki, tapi Raden Said tak pernah bisa menyusulnya. Jatuh bangun, terseok-seok dan berlari lagi. Demikianlah, setelah tenaganya terkuras habis, dia baru sampai dibelakang lelaki berjubah putih itu.

Raden Said Meminta jadi Murid.
Lelaki berjubah putih itu berhenti bukan karena kehadiran Raden Said melainkan di depannya terbentang sungai yang cukup lebar. Tak ada jembatan penyeberangan dan sungai itu tampaknya dalam, dengan apa dia akan menyeberang.
"Tunggu...," ucap Raden Said ketika melihat orang tua itu hendak melangkahkan kakinya lagi untuk melewati sungai.
Dengan terengah-engah Raden Said berkata,
"Sudilah kiranya Tuan menerima saya sebagai murid...." pintanya dengan nafas turun naik dengan cepatnya.



"Menjadi muridku?" tanya lelaki itu sembari menoleh ke belakang.
"Mau belajar apa?" imbuhnya lebih lanjut.
"Apa saja, asal Tuan menerima saya sebagai murid," jawan Raden Said.
"Berat...berat sekali anak muda. Bersediakah engkau menerima syarat-syaratnya?" tanya lelaki berjubah putih.
"Saya bersedia," jawan Raden Said.

Lelaki tua itu kemudian menancapkan tongkatnya di tepi sungai. Raden Said diperintahkan menungguinya. Tak boleh beranjak dari tempat itu sebelum lelaki itu kembali untuk menemui Raden Said.
Raden Said menerima syarat ujian itu.

Selanjutnya, lelaki berjubah putih itu menyeberangi sungai.
Sepasang mata Raden Said terbelalak karena heran, lelaki itu berjalan di atas air bagaikan berjalan di daratan saja. Kakinya tidak basah terkena air. Ia semakin yakin bahwa calon gurunya itu adalah seorang lelaki berilmu tinggi, waskita dan mungkin saja golongan para wali.

Semedi Berakhir.
Setelah lelaki itu hilang dari pandangan Raden Said, pemuda itu duduk bersila. Dia teringat suatu kisah ajaib yang dibacanya di dalam Al Qur'an yaitu Kisah Ashabul Kahfi. Maka ia pun segera berdoa kepada Allah SWT agar ditidurkan seperti para pemuda di Gua Kahfi ratusan tahun silam.
Doa Raden Said dikabulkan oleh Allah SWT. Raden Said tertidur dalam semedinya selama 3 tahun.




Akar dan rerumputan telah merambati sekujur tubuhnya dan hampir menutupi sebagian besar anggota tubuhnya.
Setelah 3 tahun lamanya, lelaki berjubah putih itu datang untuk menemui Raden Said. Tapi Raden Said tidak bisa dibangunkan.
Raden Said baru bisa dibangunkan setelah lelaki berjubah putih itu mengumandangkan Azan.

Kemudian tubuh Raden Said dibersihkan dan diberi pakaian baru yang bersih. Selanjutnya Raden Said dibawa ke Tuban.
Mengapa dibawa ke Tuban?
Ya karena lelaki berjubah putih itu adalah Sunan Bonang, salah seorang putra Sunan Ampel yang diberi tugas oleh ayahnya untuk berdakwah di sana.
Meski demikian, kehadiran Raden Said tidak diketahui oleh keluarganya.

Raden Said kemudian diberi pelajaran agama sesuai dengan tingkatannya, yakni tingkat para Wali Allah, Waliullah.
Di kemudian hari, Raden Said terkenal denagn sebutan Sunan Kalijaga.

Asal Mula Penyembelihan Hewan Kurban

Kisah islamiah sore ini tentang asal muasal syariat islam tentang penyembelihan hewan kurban.
Peringatan Hari Raya Idul Adha memang telah usai, dimana pada hari itu agama islam mensyariatkan menyembelih hewan kurban pada tanggal 10 Zulhijjah selepas Shalat Idul Adha.

Penyembelihan hewan kurban ini memiliki kisah sendiri. Kala itu Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu untuk menyembelih anaknya, namun Allah SWT kemudian mengganti anak itu dengan seekor kambing.


Kisahnya.
Kisah ini sumbernya adalah Al Qur'an, Surat Ash-Shaffat ayat 104-107.
Dikisahkan bahwa setelah Nabi Ibrahim as berpindah dari negeri kaumnya, ia memohon kepada Allah SWT agar dikarunia seorang anak yang saleh.

Doa Nabi Ibrahim as dikabulkan Allah SWT. Tak lama kemudian istrinya, Hajar melahirkan seorang bayi mungil tampan rupawan yang diberi nama Ismail.
Ketika Ismail lahir, Nabi Ibrahim as berusia 86 tahun. Ismail inilah yang kemudian menggantikan peran ayahnya untuk menyiarkan agama Allah.
Namun, Allah SWT tengah menguji kepasrahan dan kesabaran Nabi Ibrahim as.

Pada suatu malam, Nabi Ibrahim bermimpi agar menyembelih anaknya, Ismail. Sebanyak tiga kali mimpi, namun perintahnya juga sama, menyembelih anak kesayangannya itu. Akhirnya Nabi Ibrahim yakin bahwa itu merupakan perintah Allah SWT yang harus dilaksanakan.
"Jika benar ini adalah perintah Allah, maka aku akan pasrah dan sabar," yakinnya dalam hati.




Wahyu dari Allah SWT.
Selanjutnya Nabi Ibrahim menceritakan mimpinya itu kepada Ismail yang kala itu masih kecil. Ia ingin mendengar pertimbangan anaknya atas perintah itu.
"Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?" tanya Nabi Ibrahim.

Di luar dugaaan, sang anak bisa berbicara dan mengamini perintah dalam mimpi ayahnya.
Ismail tidak merasa takut atau marah kepada ayah kandungnya karena ia yakin mimpi itu merupakan wahyu Allah SWT.
"Wahai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar," kata Ismail.

Keputusan Ismail itu dipilih sendiri dan bukan karena paksaan seseorang. Kemudian Ismail tidak lupa meminta pertolongan kepada Allah SWT agar ia diberi kesabaran. Saat itu Ismail tidak mengandalkan kekuatan yang ada dalam dirinya, melainkan ia meminta kekuatan dari Allah SWT. Karena itu juga, Allah SWT mencatat nama Ismail sebagai golongan nabi-nabi yang sabar.

Nabi Ibrahim semakin mantap menunjukkan kepasrahan dan kesabarannya menjadi hamba Allah SWT. Di satu sisi, ia bersyukur karena juga dikaruniai anak yang pasrah dan sabar.

Kemudian ayah dan anak itu pergi ke sebuah tempat yang tinggi. Di atas tempat itu Ismail membaringkan dan bersiap untuik disembelih oleh ayahnya. Namun, ketika semuanya sudah siap, Allah SWT menurunkan wahyu.

Diganti Kambing Besar.
Karena membenarkan mimpi iotu, Allah SWT membalasnya dengan balasan yang setimpal. Allah SWT menggantinya dengan seekor sembelihan yang besar.
Allah SWT berfirman,


وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Artinya:
"Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."
(QS. Ash-Shaaffat: 104-107).

Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana- kannya.
 Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari raya haji.

Para ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan sembelihan besar adalah kambing atau domba.

Nabi Ibrahim as berhasil meraih predikat Khalilullah (kekasihAllah) karena telah mampu mengorbankan sesuatu yang dicintainya berupa anak, demi mencapai kecintaan kepada Allah SWT.
Peristiwa inilah yang selalu kita peringati setiap tahun dengan anjuran menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha.

Bayi yang Menghentikan Perahu

Kisah islamiah kali ini tentang sosok bayi yang bisa menghentikan laju perahu layar. Hanya karena menabrak peti yang di dalamnya ada seorang bayi, maka terhentilah kapal itu, tidak bergerak sama sekali.

Sangat dahsyat karomah dari bayi ini hingga mampu menggemparkan seisi kapal laut.
Siapakah bayi tersebut.


Kisahnya.
Pada suatu malam, ada sebuah perahu dagang dari Gresik sedang melintasi Selat Bali. Ketika perahu itu berada di tengah-tengah selat Bali, keanehan mulai muncul. Perahu tidak dapat bergerak, maju tak bisa mundur pun juga tak bisa.

Nahkoda kapal memerintahkan awak kapal untuk memeriksa sebab-sebab kemacetan itu, apa mungkin ada karang di tengah laut itu.
"Wahai awak kapal, coba periksalah apa yang sedang terjadi. Apakah kapal kita ini sedang menabrak karang?" perintah nahkoda kepada awak kapalnya.

Selanjutnya para awak kapal menyisiri tepi kapal untuk melihat apakah ada yang menghalangi laju perahu mereka. Setelah agak lama berkeliling, ternyata para awak kapal telah menemukan sekotak peti yang indah. Peti itulah yang telah ditabrak oleh kapal itu.

"Tuan, kita telah menabrak sebuah peti indah, dan peti inilah yang mungkin menyebabkan kapal kita terhenti," ujar salah seorang kapal kepada nahkoda.
"Hanya sebuah peti kecil bisa menghentikan kapal ini?" tanya nahkoda keheranan.
"Benar, Tuan." jawab seorang awak kapal satunya.

Sang nahkoda memandangi peti unik namun indah itu dengan seksama.
Tak lama kemudian, dia membuka kotak peti itu. Dan alangkah terkejutnya sang nahkoda dan para awak, ternyata dalam peti itu ada seorang bayi mungil, montok dan rupawan.
Berkata sang nahkoda,
"Bayi siapakah ini? Siapa orang tua yang tega membuang bayi ke tengah lautan?"

Sang nahkoda bisa memastikan bahwa peti itu milik seorang bangsawan yang biasa digunakan untuk menyimpan barang berharga.
Nahkoda sangat gembira karena dapat menyelamatkan jiwa si bayi mungil itu, tapi juga mengutuk orang yang tega membuang bayi itu ke tengah lautan, sungguh orang yang tidak berperikemanusiaan.

Kapal Tak dapat Melanjutkan Perjalanan.
Nahkoda kemudian memerintahkan awak kapal untuk melanjutkan pelayaran ke Pulau Bali. Tapi perahu tak dapat bergerak maju. Ketika perahu diputar dan diarahkan ke Gresik, ternyata perahu itu dapat melaju dengan pesatnya.

Setelah sampai di Gresik, nahkoda segera menghadap si pemilik kapal yang bernama Nyai Ageng Pinatih, seorang janda kaya.
Nahkoda berkata sambil membuka peti itu,
"Peti inilah yang menyebabkan kami kembali dalam waktu secepat ini. Kami tidak dapat meneruskan pelayaran ke Pulau Bali," ujar sang nahkoda.

"Bayi...? Bayi siapa ini?" guman Nyai Ageng Pinatih sembari mengangkat bayi itu dari dalam peti.
"Kami menemukannya di tengah samudra Selat Bali," jawab nahkoda kapal.

Bayi itu kemudian mereka serahkan kepada Nyai Ageng Pinatih untuk diambil sebagai anak angkat. memang sudah lama dia menginginkan seorang anak. Karena bayi itu ditemukan di tengah samudra, maka Nyai Ageng Pinatih kemudian memberinya nama Joko Samudro.

NB:
Joko Samudro ini hanya sebuah nama yang diberikan oleh Nyai Ageng Pinatih.
Beliaulah murid dari Sunan Ampel, dan oleh Sunan Ampel diberi nama Raden Paku.
Beliaulah Sunan Giri yang terkenal itu.

Sunday, November 6, 2011

Ummu Banin Menebus Dosa

Assalamu'alaikum

Alhamdulillah, mumpung internet agak lancar, kisah islamiah malam ini akan posting 2 buah biar ada pilihan dalam membacanya.
Kali ini tentang sosok, figur wanita. Selain pria, ada wanita sholehah, wanita teladan juga banyak yang dijadikan panutan dan teladan umat islam.

Adalah Ummu Banin yang merupakan salah satu wanita teladan dalam sejarah islam.
Keteladanan itu muncul dalam dirinya setelah ia sempat berlaku sombong dengan mampu menanggung dosa orang lain. Namun, akhirnya ia sadar dan meminta Allah SWT membisukannya demi menebus dosanya.


Kisahnya.
Dikisahkan dari Marwan bin Muhammad bahwa Azzah sahabat Kutsayyir pernah datang menghadap kepada Ummu Banin.
Ummu Banin sendiri adalah putri dari Abdul Azis bin Marwan serta saudara wanita dari Umar bin Abdul Azis.
Umar bin Abdul Azis sendiri adalah salah satu pemimpin, salah satu khalifah teladan sepeninggal Khulafaur Rasyidin.

Ketika Azzah bertemu dengan Ummu Banin, ada seorang pemuda bernama Kutsayyir yang mendendangkan sebuah puisi.
Puisi tersebut berbunyi,
"Setiap orang membayar hutangnya.
Aku ketahui orang yang meminjamnya.
Akan tetapi Azzah orang yang suka mengulur-ulur.
Yang suka mempersulit kepada orang yang meminjamkannya."


Berkata Sombong.
Kala mendengar puisi itu, Azzah terlihat begitu murung dan sikapnya gelisah menggambarkan seolah penuh dengan dosa.
"Wahai Azzah, apa maksud dari kata-kata Kutsayyir itu, hutang apakah yang dimaksud?" tanya UmmuBanin.
"Maafkan aku, aku tidak bisa mengatakannya," jawab Azzah.
"Kamu haru memberitahukannya kepadaku," desak Ummu Banin.

Azzah lantas bersedia jujur.
Ia menceritakan bahwa suatu hari dirinya pernah berjanji bersedia untuk dicium oleh Kutsayyir. Lalu Kutsayyir datang untuk menagih janji itu, akan tetapi Azzah merasa berdosa kepada dirinya dan ia merasa tidak akan mungkin memenuhi janji yang bermakna maksiat itu.

"Aku bingung, aku tak mungkin menepati janjiku itu," ujar Azzah.
Mendengar cerita itu, Ummu Banin tak sengaja berkata sombong.
Ia menyuruh Azzah untuk menpati janjinya sedangkan ia sendiri yang akan menanggung dosanya.

"Tepatilah janjimu kepadanya dan akulah yang akan menanggung dosanya," kata Ummu Banin.
Namun setelah berkata demikian, Ummu Banin pun segera menginterospeksi diri atas perkataannya. Ia memohon ampun kepada Allah SWT atas kesombongannya. Sebagai wujud kesungguhan tobatnya, ia memerdekakan 40 budak sebagi gantinya.
"Ya Allah, mengapa tidak bisukan saja mulutku ini ketika mengatakan hal itu," pintanya dalam tobat.

Tekun Beribadah.
Dalam menjalani kehidupan selanjutnya, Ummu Banin kian tekun dalam beribadah. Ummu Banin selalu meninggalkan peraduannya guna menunaikan shalat sepanjang malam. Setiap hari jumat, ia selalu keluar rumah dengan membawa sesuatu di atas punggung kudanya kemudian diberi-berikannya kepada fakir miskin.

Tidak jarang pula Ummu Banin mengundang para wnita ahli ibadah untuk berkumpul di rumahnya kemudian menggelar pengajian membahas keagamaan.

"Setiap manusia pasti akanmembutuhkan sesuatu, sedangkan aku akan menjadikan kebutuhanku itu menjadi sebuah pengorbanan dan pemberian. Demi Allah, silaturrahmi bagiku lebih menarik daripada makanan selezat apapun," tuturnya kepada para wanita lainnya.

Hingga akhir hayatnya, Ummu Banin selalu berbuat kebaikan.
Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada Ummu Banin, salah seorang Wanita Teladan dalam Sejarah Islam.