Pages - Menu

Saturday, September 23, 2017

Kisah Mahasiswa dan Si Penulis Cerpen

Kisah Teladan Islami hadir kembali untuk para penggemar setia blog ini. Kisah ini sudah sangat terkenal dan sering kita baca dengan banyak versi dan tulisan.

Kali ini tentng dialog antara mahasiswa dan penulis cerpen terkenal. Bagaimana dialognya?
Berikut cuplikan dialognya.

Pada suatu hari, ada seorang mahasiswa tanpa disadari bertemu dengan seorang penulis cerpen terkenal di kotanya. Sontak saja, si mahasiswa senang bukan kepalang.





Setelah agak lama ngobrol, selanjutnya terjadilah obrolan yang mengena dan dimulai dari si penulis cerpen.
Penulis cerpen berkata,
"Saya tak habis pikir, kenapa orang-orang Islam sangat emosional ketika mengetahui Al-Qur'an dibakar dan dihina oleh orang lain.

Kemudian penulis cerpen berkata lagi,
"Bukankah yang dibakar tersebut sebenarnya hanya kertas, sedangkan sejatinya Al-Qur'an itu masih murni tak terjamah dan tetap tersimpan di al Lauh al Mahfuz?"

Sejurus kemudian suasana menjadi hening oleh perkataan si ahli menulis cerpen ini. Dan kemudian penulis cerpen agak maju ke depan sambil memamerkan salah satu karyanya.

Seketika itu juga, mas mahasiswa langsung maju ke depan si ahli cerpen dan bertakata,
"Pak, boleh saya pinjam cerpennya?"
"Boleh saja, silahkan di sini banyak kumpulan cerpen karya terbaik saya," kata si ahli cerpen.

Setelah menerima cerpen tersebut, kemudian mahasiswa tersebut merobek-robek beberapa halaman dari cerpen tersebut.

Tak disangka, si ahli cerpen dengan emosional berkata,
"Lho, saya pinjamkan cerpen itu untuk kamu baca, kenapa kok malah kamu robek-robek? Apakah Anda sudah memancing emosi saya?"




Sambil tersenyum si mahasiswa itu menjawab,
"Lho Pak, bukankah ini hanya sekedar kertas saja. Sejatinya isi cerpen tersebut kan ada di benak dan pikiran Bapak. Kenapa Bapak juga emosional?"

Si mahasiswa melanjutkan,
"Tahukah Bapak kalau Al-Qur'an itu diturunkan Allah SWT kepada manusia untuk dibaca, bukan untuk dibakar-bakar."

Si penulis cerpen tertunduk malu dan kemudian meminta maaf atas kekeliruan yang dikatakannya tadi.