Adalah Luqman Hakim yang telah memberikan teladan yang baik sebagai orang tua.
Ia menanamkan nilai-nilai kebajikan kepada anaknya dan salah satunya adalah larangan menyekutukan Allah SWT.
Kisahnya.
Di dalam Al Qur'an terdapat beberapa ayat yang menyebutkan nama Luqman Hakim.
Allah SWT berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya:
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
(QS. Luqman: 13).
Dalam sebuah riwayat yang diceritakan, pada suatu hari Luqman Hakim mengadakan perjalanan ke luar kota bersama putranya sambil menaiki seekor keledai. Pada saat ia masuk ke dalam pasar, anaknya mengikutinya dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, sebagian orang berkata,
"Lihat, itu orang tua yang tidak tahu diri, dia enak-enakan naik keledai, sementara anaknya dibiarkan berjalan kaki."
Naik Keledai.
Luqman kemudian berhenti sejenak sambil memperhatikan perkataan orang yang didengarnya.
Kemudian Luqman turun dari keledainya, lalu diletakkan anaknya di atas keledainya. Ia kemudian melanjutkan perjalanannya kembali.
Di tengah perjalanan, kembali beberapa orang melihatnya. Kemudian mereka pun usil dengan mengomentari keberadaan Luqman.
"Lihat, orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya enak-enakan menaiki keledai, sungguh kurang ajar anak itu," kata orang tersebut.
Mendengar kata-kata itu, Luqman kembali berhenti sebentar. Ia kemudian ikut menaiki keldai itu bersama anaknya. Namun demikian beberapa orang yang lain kembali mengoloknya.
"Lihat itu, dua orang menaiki seekor keledai, sungguh tidak punya rasa kasihan menyiksa keledai itu," kata orang yang lain.
Luqman sedikit kesal dengan komentar orang-orang yang ditemuinya.
Ia merasa tidak pernah merasa benar di mata orang-orang itu. Tetapi, untuk kesekian kalinya, Luqman dapat menerima ejekan itu.
Ia kemudian berhenti lagi dan turun dari keledai bersama anaknya. Luqman dan anaknya berjalan kaki sedangkan keledainya hanya dituntun saja. Akan tetapi belum jauh ia melangkah, ungkapan miring kembali diterimanya.
"Sungguh dua orang aneh berjalan kaki, padahal mereka membawa seekor keledai, kenapa tidak dikendarai saja," komentar orang yang lain lagi.
Nasehat Bijak.
Luqman dapat mengambil hikmah dari komentar orang-orang tersebut.
Dirinya kemudian menasehati anaknya tentang berbagai sikap manusia dan sesuatu yang diucapkannya.
"Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan amnusia. Maka bagi ornag yang berakal, tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan hanya kepada Allah SWT saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap masalah," tutur Luqman kepada anaknya.
Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya,
"Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu tipis keyakinan (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayaiorang), dan hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu adalah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya."
Dalam kesempatan lain, Luqman juga berpesan kepada anaknya aga tidak menyekutukan Allah SWT, sesungguhnya ia telah berada pada kezaliman yang besar.
Ia menanamkan nilai-nilai kebajikan kepada anaknya dan salah satunya adalah larangan menyekutukan Allah SWT.
Kisahnya.
Di dalam Al Qur'an terdapat beberapa ayat yang menyebutkan nama Luqman Hakim.
Allah SWT berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya:
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
(QS. Luqman: 13).
Dalam sebuah riwayat yang diceritakan, pada suatu hari Luqman Hakim mengadakan perjalanan ke luar kota bersama putranya sambil menaiki seekor keledai. Pada saat ia masuk ke dalam pasar, anaknya mengikutinya dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, sebagian orang berkata,
"Lihat, itu orang tua yang tidak tahu diri, dia enak-enakan naik keledai, sementara anaknya dibiarkan berjalan kaki."
Naik Keledai.
Luqman kemudian berhenti sejenak sambil memperhatikan perkataan orang yang didengarnya.
Kemudian Luqman turun dari keledainya, lalu diletakkan anaknya di atas keledainya. Ia kemudian melanjutkan perjalanannya kembali.
Di tengah perjalanan, kembali beberapa orang melihatnya. Kemudian mereka pun usil dengan mengomentari keberadaan Luqman.
"Lihat, orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya enak-enakan menaiki keledai, sungguh kurang ajar anak itu," kata orang tersebut.
Mendengar kata-kata itu, Luqman kembali berhenti sebentar. Ia kemudian ikut menaiki keldai itu bersama anaknya. Namun demikian beberapa orang yang lain kembali mengoloknya.
"Lihat itu, dua orang menaiki seekor keledai, sungguh tidak punya rasa kasihan menyiksa keledai itu," kata orang yang lain.
Luqman sedikit kesal dengan komentar orang-orang yang ditemuinya.
Ia merasa tidak pernah merasa benar di mata orang-orang itu. Tetapi, untuk kesekian kalinya, Luqman dapat menerima ejekan itu.
Ia kemudian berhenti lagi dan turun dari keledai bersama anaknya. Luqman dan anaknya berjalan kaki sedangkan keledainya hanya dituntun saja. Akan tetapi belum jauh ia melangkah, ungkapan miring kembali diterimanya.
"Sungguh dua orang aneh berjalan kaki, padahal mereka membawa seekor keledai, kenapa tidak dikendarai saja," komentar orang yang lain lagi.
Nasehat Bijak.
Luqman dapat mengambil hikmah dari komentar orang-orang tersebut.
Dirinya kemudian menasehati anaknya tentang berbagai sikap manusia dan sesuatu yang diucapkannya.
"Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan amnusia. Maka bagi ornag yang berakal, tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan hanya kepada Allah SWT saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap masalah," tutur Luqman kepada anaknya.
Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya,
"Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu tipis keyakinan (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayaiorang), dan hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu adalah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya."
Dalam kesempatan lain, Luqman juga berpesan kepada anaknya aga tidak menyekutukan Allah SWT, sesungguhnya ia telah berada pada kezaliman yang besar.
Belajar Akhlak dari Keledai