Kisah Islamiah sore dengan Kisah Sahabat, seorang pemimpin yang tidak mau digaji meskipun jabatannya tergolong tinggi di Madinah. Untuk memenuhi kesehariannya, beliau menjual keranjang yang dianyam dari daun kurma.
Penghasilan tiap harinya hanya 3 dirham saja, yang satu dirham untuk modal lagi besoknya, yang 1 dirham untuk nafkah keluarganya dan yang 1 dirham disedekahkan.
Subhanallah...
Beliaulah Salma Al Farisi, seorang sahabat rasululah SAW yang terpaksa menerima jabatan sebagai pemimpin Madinah.
Karena amanah dan kejujurannya, ia salah satu sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.
Sebuah kisah yang menyentuh hati.
Kisahnya.
Pada suatu hari, usai shalat subuh berjamaah di sebuah masjid, Rasulullah SAW memanggil sahabat-sahabatnya yang ikut berjamaah shalat subuh.
Rasulullah SAW berpesan,
"Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengembara."
Mendengar Sabda Rasulullah SAW tersebut, Salma Al Farisi duduk termenung, memikirkan apa yang telah dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW. Salma berharap bisa memenuhi pesan itu sebaik-baiknya. namun, perasaannya masih saja khawatir kalau ia telah melampui batas yang telah ditetapkan.
Padahal kalau dipikir, di dalam rumah Salman tak ada satu pun barang berharga yang dimilikinya. Salman hanya memiliki sebuah piring tempat dia makan dan baskom untuk tempat minum dan wudhu.
Meskipun demikian, Salman menganggap bahwa dirinya telah berlaku boros. Ketika hendak mendirikan rumah saja, ia takut sekali bila bangunan rumahnya tergolong bagus.
Salman berkata kepada tukang batu yang membangun rumahnya.
"Tolong untuk membangun rumah saya jangan terlalu mewah, cukup yang sederhana saja," pesan Salman kepada tukang batunya.
Mencari Rezeki Halal.
Beberapa saat berlalu, akhirnya Salman Al farisi dipaksa harus menerima jabatan sebagai Amir atau Kepala Daerah di Madinah.
Ia menerima jabatan itu, namun ia menolak untuk menerima gajinya, meski hanya satu dirham sekalipun.
Meskipun Salam sudah menjadi seorang Amir, ia tak malu-malu menganyam daun kurma untuk dijadikan bakul atau keranjang, kemudian dijualnya. Dari pekerjaan itulah Salman mendapatkan nafkahnya.
Dengan memakai pakaian yang sangat sederhana, tidak lebih dari sehelai baju luar yang agak usang, hari-harinya disibukkan oleh kegiatannya.
Untuk bahan membuat keranjang, dibelinya satu dirham dan kemudian keranjang yang sudah jadi dijualnya 3 dirham. Yang satu dirham untuk modal, satu dirham lagi untuk nafkah keluarganya, sedangkan satu dirham sisanya untuk sedekah.
Pernah suatu ketika sahabatnya menanyakan tentang kegiatannya yang sederhana itu padahal bisa saja dia menerima upah yang tinggi dan hidupnya berkecukupan. Malah Salman Al Farisi berkata,
"Seandainya Umar bin Khattab pun melarangku berbuat demikian, aku tidak akan menghentikannya."
Begitulah salah satu watak sahabat Rasulullah SAW. Kepercayaan dan keimanannya sangat tinggi, hingga Sabda Rasul pun bisa dilakukan dengan baik.
Bertemu dengan orang Syria.
Pada suatu hari ketika Salman sedang berjalan di tengah keramaian, ia didatangi oleh seorang laki-laki Syria yang membawa sepikul buah Tin dan Kurma. Rupanya barang itu terlalu berat dan melelehkan jika dipikul terus.
Melihat ada seorang laki-laki yang tampak seperti orang biasa dan dari golongan orang yang tak mampu, maka orang syria itu bermaksud menyuruhnya mengangkat buah-buahan itu dengan diberi imbalan atas jerih payahnya bila telah sampai di tempat tujuan.
Orang Syria itu memberi isyarat agar Salman mendatanginya,
"Tolong bawakan barang-barangku ini," kata orang Syria.
Pemimpin Bijaksana.
Tanpa bicara, Salman langsung mengangkat barang itu, kemudian mereka berjalan bersama di tengah keramaian.
Di tengah perjalanan, mereka berpapasan dengan sekelompok orang.
Salman memberi salam kepada mereka dan orang-orang itu berhenti sambil menjawab salamnya.
"Wa'alaikum Salam wahai Amir," kata orang-orang itu.
Mendengar jawaban salam dari orang-orang itu, orang Syria itu kaget sekaligus bingung, sebenarnya siapakah yang dipanggil dengan Amir itu.
Rasa heran kian bertambah kala berpapasan dengan sekelompok orang lagi.
"Berikan kepada kami, Wahai Amir," kata salah seorang dari mereka.
Sekarang baru tahulah orang Syria itu, bahwa yang disuruh mengangkat barangnya itu adalah Salman Al Farisi, Amir Kota Madinah.
Orang Syria itu gugup, kata-kata penyesalan dan maaf segera terlontar dari mulutnya berkali-kali. Dengan sigapnya, orang Syria itu akan mengambil barang yang dibawa Amir Madinah itu.
Namun, Salman menolaknya dengan halus.
"Tidak, sebelum aku antarkan sampai ke tujuannya," kata Salman sambil menggelengkan kepala.
Itulah Salama Al Farisi, salah seorang sahabat Rasululah SAW yang kehidupannya sangat bersahaja. tak lebih dari satu dirham setiap harinya yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri. Dia tidak mau menerima tunjangan dari jabatan yang telah dia emban.
Akan tetapi dia lebih senang mencari nafkah sendiri dengan cara yang halal dari hasil kedua tangannya. Demikian jujur dan adilnya dalam melaksanakan amanah, akhirnya Salman Al Farisi menjadi salah satu sahabat nabi Muhammad SAW yang dijamin masuk surga.
Bagaimanakah dengan pemimpin negeri ini?
Seperti Salman Al Farisi kah?
Penghasilan tiap harinya hanya 3 dirham saja, yang satu dirham untuk modal lagi besoknya, yang 1 dirham untuk nafkah keluarganya dan yang 1 dirham disedekahkan.
Subhanallah...
Beliaulah Salma Al Farisi, seorang sahabat rasululah SAW yang terpaksa menerima jabatan sebagai pemimpin Madinah.
Karena amanah dan kejujurannya, ia salah satu sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.
Sebuah kisah yang menyentuh hati.
Kisahnya.
Pada suatu hari, usai shalat subuh berjamaah di sebuah masjid, Rasulullah SAW memanggil sahabat-sahabatnya yang ikut berjamaah shalat subuh.
Rasulullah SAW berpesan,
"Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengembara."
Mendengar Sabda Rasulullah SAW tersebut, Salma Al Farisi duduk termenung, memikirkan apa yang telah dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW. Salma berharap bisa memenuhi pesan itu sebaik-baiknya. namun, perasaannya masih saja khawatir kalau ia telah melampui batas yang telah ditetapkan.
Padahal kalau dipikir, di dalam rumah Salman tak ada satu pun barang berharga yang dimilikinya. Salman hanya memiliki sebuah piring tempat dia makan dan baskom untuk tempat minum dan wudhu.
Meskipun demikian, Salman menganggap bahwa dirinya telah berlaku boros. Ketika hendak mendirikan rumah saja, ia takut sekali bila bangunan rumahnya tergolong bagus.
Salman berkata kepada tukang batu yang membangun rumahnya.
"Tolong untuk membangun rumah saya jangan terlalu mewah, cukup yang sederhana saja," pesan Salman kepada tukang batunya.
Mencari Rezeki Halal.
Beberapa saat berlalu, akhirnya Salman Al farisi dipaksa harus menerima jabatan sebagai Amir atau Kepala Daerah di Madinah.
Ia menerima jabatan itu, namun ia menolak untuk menerima gajinya, meski hanya satu dirham sekalipun.
Meskipun Salam sudah menjadi seorang Amir, ia tak malu-malu menganyam daun kurma untuk dijadikan bakul atau keranjang, kemudian dijualnya. Dari pekerjaan itulah Salman mendapatkan nafkahnya.
Dengan memakai pakaian yang sangat sederhana, tidak lebih dari sehelai baju luar yang agak usang, hari-harinya disibukkan oleh kegiatannya.
Untuk bahan membuat keranjang, dibelinya satu dirham dan kemudian keranjang yang sudah jadi dijualnya 3 dirham. Yang satu dirham untuk modal, satu dirham lagi untuk nafkah keluarganya, sedangkan satu dirham sisanya untuk sedekah.
Pernah suatu ketika sahabatnya menanyakan tentang kegiatannya yang sederhana itu padahal bisa saja dia menerima upah yang tinggi dan hidupnya berkecukupan. Malah Salman Al Farisi berkata,
"Seandainya Umar bin Khattab pun melarangku berbuat demikian, aku tidak akan menghentikannya."
Begitulah salah satu watak sahabat Rasulullah SAW. Kepercayaan dan keimanannya sangat tinggi, hingga Sabda Rasul pun bisa dilakukan dengan baik.
Bertemu dengan orang Syria.
Pada suatu hari ketika Salman sedang berjalan di tengah keramaian, ia didatangi oleh seorang laki-laki Syria yang membawa sepikul buah Tin dan Kurma. Rupanya barang itu terlalu berat dan melelehkan jika dipikul terus.
Melihat ada seorang laki-laki yang tampak seperti orang biasa dan dari golongan orang yang tak mampu, maka orang syria itu bermaksud menyuruhnya mengangkat buah-buahan itu dengan diberi imbalan atas jerih payahnya bila telah sampai di tempat tujuan.
Orang Syria itu memberi isyarat agar Salman mendatanginya,
"Tolong bawakan barang-barangku ini," kata orang Syria.
Pemimpin Bijaksana.
Tanpa bicara, Salman langsung mengangkat barang itu, kemudian mereka berjalan bersama di tengah keramaian.
Di tengah perjalanan, mereka berpapasan dengan sekelompok orang.
Salman memberi salam kepada mereka dan orang-orang itu berhenti sambil menjawab salamnya.
"Wa'alaikum Salam wahai Amir," kata orang-orang itu.
Mendengar jawaban salam dari orang-orang itu, orang Syria itu kaget sekaligus bingung, sebenarnya siapakah yang dipanggil dengan Amir itu.
Rasa heran kian bertambah kala berpapasan dengan sekelompok orang lagi.
"Berikan kepada kami, Wahai Amir," kata salah seorang dari mereka.
Sekarang baru tahulah orang Syria itu, bahwa yang disuruh mengangkat barangnya itu adalah Salman Al Farisi, Amir Kota Madinah.
Orang Syria itu gugup, kata-kata penyesalan dan maaf segera terlontar dari mulutnya berkali-kali. Dengan sigapnya, orang Syria itu akan mengambil barang yang dibawa Amir Madinah itu.
Namun, Salman menolaknya dengan halus.
"Tidak, sebelum aku antarkan sampai ke tujuannya," kata Salman sambil menggelengkan kepala.
Itulah Salama Al Farisi, salah seorang sahabat Rasululah SAW yang kehidupannya sangat bersahaja. tak lebih dari satu dirham setiap harinya yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri. Dia tidak mau menerima tunjangan dari jabatan yang telah dia emban.
Akan tetapi dia lebih senang mencari nafkah sendiri dengan cara yang halal dari hasil kedua tangannya. Demikian jujur dan adilnya dalam melaksanakan amanah, akhirnya Salman Al Farisi menjadi salah satu sahabat nabi Muhammad SAW yang dijamin masuk surga.
Bagaimanakah dengan pemimpin negeri ini?
Seperti Salman Al Farisi kah?
Pemimpin yang Dijamin Masuk Surga