Thursday, September 29, 2011

Jangan Berhenti di Tengah Badai

Alhamdulillah Kisah Islamiah bisa hadir kembali di malam ini.
Kali ini admin akan mencoba menulis tentang bagaimana seharusnya menyikapi badai yang datang melanda.
Apakah kita harus diam saja atau meneruskan perjalanan saat ada badai atau bahkan mundur.
Nah untuk itu mari kita baca sekilas cerita berikut ini yuk, mungkin bisa dijadikan bahan renungan untuk ikta semua.





Kisahnya.
Pada suatu hari yang terlihat mendung, ada sebuah keluarga yang ingin mengadakan perjalanan ke sebuah kota terpencil yang terletak lumayan jauh dari rumahnya.
Sebut saja nama keluarga itu keluarga Anton (maaf bilamana ada kesamaan nama).
Bapak Anton memiliki seorang istri dan 2 orang anak yang bernama Rudi dan Haryati. Setelah keluarga tersebut berunding, akhirnya terjadi kesepakatan bahwa yang berangkat adalah Bapak Anton dan putra sulungnya Rudi.

Setelah hari yang ditentukan datang, mereka berdua segera berangkat menuju kota terpencil itu untuk mengunjungi teman yang sudah lama tidak dijumpainya, dan kebetulan baru kali ini Rudi ikut dengan ayahnya ke daerah tersebut.
Setelah persiapan selesai, mereka berangkat dari rumah jam 8 pagi.
Bapak Anton dan Rudi menatap langit dan dilihatnya daerah yang dituju awan begitu sangat tebal, nampak sekali kalau di sana akan segera turun hujan.
Karena sudah memiliki SIM, Rudi disuruh ayahnya untuk menyetir mobil.

Badai Datang Melanda.
Setelah beberapa puluh kilometer perjalanan, tiba-tiba saja awan hitam datang dibarengi dengan angin yang kencang menerjang.
Rudi meilihat beberapa kendaraan mulai menepi dan berhenti karena takut kalau terjadi apa-apa di jalan.
"Bagaimana Ayah? Apakah kita akan berhenti?" tanya Rudi kepada ayahnya.
"Teruslah mengemudi," jawab ayah.

Rudi akhirnya terus menjalankan mobilnya.
Langit semakin gelap gulita, angin bertiup makin kencang. Hujan pun turun dengan deras, makin lama makin lebat bahkan beberapa pohon bertumbangan karena diterpa oleh angin kencang. Suasana semakin menakutkan, Rudi melihat kendaraan-kendaraan besar juga mulai menepi dan berhenti.
"Ayah...," kata Rudi yang makin cemas.
"Teruslah mengemudi," perintah ayahnya sambil melihat ke depan.

Rudi Tetap Mengemudi Meski dengan Susah Payah.
Hujan lebat menghalangi pandangan sampai hanya berjarak beberapa meter saja. Angin pun mulai mengguncang-guncangkan mobil mereka. Rudi ketakutan, tapi tetap mengemudi meskipun dengan sangat perlahan sekali.
Setelah melewati beberapa kilometer ke depan, Rudi merasakan hujan mulai reda dan angin mulai berkurang. Setelah beberapa kilometer di depan, sampailah mereka pada daerah yang kering dan mereka melihat matahari bersinar muncul dari balik awan.
"Silahkan kalau berhenti, dan keluarlah," kata ayah yang tiba-tiba sambil menatap Rudi.
"Kenapa justru sekarang ayah? Kenapa tidak tadi waktu hujan lebat?" tanya Rudi keheranan.
"Agar engkau bisa melihat keadaan dirimu jika engkau berhenti di tengah badai," jawab ayah.

Pelajaran Berharga.
Rudi pun berhenti dan keluar dari mobil, dia melihat jauh di belakang sana badai masih berlangsung. Rudi membayangkan mereka yang terjebak di sana sambil berdoa, semoga mereka selamat.
Rudi tidak bisa membayangkan kondisinya jika tadi berhenti di tengah badai.
Dia menjadi tahu sekarang, bahwa ayahnya sedang mendidiknya tanpa dia sadari.
Rudi mengerti bahwa jangan pernah berhenti di tengah badai karena akan terjebak dalam ketidakpastian dan ketakutan. Dan rasa was-was akan muncul, kapankah badai akan berakhir, serta apa yang terjadi selanjutnya.

Setelah lamunannya terhenti oleh sapaan ayahnya, Rudi tiba-tiba saja memeluk ayahnya sambil berkata,
"Terima kasih ayah, Rudi sangat menyayangi Ayah," kata Rudi.
"Iya Nak, ayah juag menyayangimu," kata ayah.
Jadi ikut terharu yang menulis jadinya kawan.

Sebuah pelajaran yang diberikan oleh ayah Rudi.
Selama masih memungkinkan, tetaplah berjalan walaupun sangat perlahan, menuju batas matahari akan muncul kembali. Kecuali kalau badai benar-benar menghentikan langkah sehingga tidak dapat bergerak lagi.

Jangan pernah menyerah kawan, teruslah melangkah.
Sekali lagi mohon maaf kalau ada kesamaan nama dan tempat.
Terima Kasih.

Monday, September 12, 2011

Pentingnya Kebaikan bagi Orang Lain

Kisah Islamiah malam ini admin akan mencoba bercerita tentang arti sebuah kebaikan yang telah diberikan kepada orang lain. Kebaikan yang telah kita berikan pada orang lain pastilah bermanfaat bagi yang menerima kebaikan itu. Bukan saja hanya seorang tapi bisa untuk banyak orang.


Assalamu'alaikum.
Kisahnya.
Pada suatu pagi yang cerah ada seorang karyawan swasta yang pergi ke kantor, sebut saja namanya Mamat (maaf kalau ada kesamaan nama).
Mamat ini setiap hari berangkat kerja dengan menumpang tukang ojek yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya.
Setelah bangun tidur, Mamat kemudian shalat shubuh kemudian mandi. Ada yang lain dari biasanya hari itu, oh ternyata Mamat baru mendapat rejeki tambahan dari atasannya kemarin sore. Betapa senangnya hati Mamat waktu itu.

Setelah diantar oleh tukang ojek, Mamat memberi lebih ongkos untuk tukang ojeknya, ya hitung-hitung dia baru saja mendapatkan rejeki dari atasannya.
Ongkosnya dilebihkan 10 ribu rupiah dari biasanya.
"Ini bang, aku lebihkan hari ini ongkosnya ya," kata Mamat.
"Oh iya bang, terima kasih banyak," jawab si tukang ojek.
Setelah itu, si tukang ojek berlalu dan meninggalkan langganannya itu setelah mengucapkan terima kasih dan memberi salam.
"Assalamu'alaikum bang, aku akan melanjutkan kerja dulu ya," kata si tukang ojek.
"Wa'alaikum Salam bang," jawab Mamat.

Hati Gembira.
Betapa gembiranya hati si tukang ojek ini karena mendapatkan rejeki lebih pada hari itu.
Mamat memang tergolong orang yang rajin memberi, bersedekah untuk orang lain meskipun hidupnya hanya pas-pasan saja.. Bahkan setiap pagi hari, banyak para tukang ojek yang berebut untuk mengantarkan Mamat ke kantornya.
Setelah itu, si tukang ojek yang tadi ternyata mampir dulu ke warung makan Mbok Nah. Tak biasanya si tukang ojek ini mampir sarapan sepagi itu. Karena biasanya tukang ojek itu mampir makan menjelang siang ketika akan shalat dhuhur.

Setelah sampai di warung Mbok Nah, si tukang ojek ini langsung memesan makanan untuk sarapan.
"Mbok, tolong buatkan nasi ditambah sayur, sekalian ditambah ayam goreng sepotong ya," kata si tukang ojek.
Setelah menikmati sarapan, si tukang ojek membayar biaya nasi sarapannya. Tak biasanya juga hari itu, si tukang ojek melebihkan ongkos biayanya sebesar 3 ribu rupiah kepada Mbok Nah.
"Alhamdulillah...terima kasih ya bang," kata Mbok Nah.
"Sama-sama Mbok Nah," kata si tukang ojek.
Setelah selesai, si tukang ojek segera berpamitan dan mangkal kembali di tempat biasanya untuk mencari penumpang.




Bukan main senangnya Mbok Nah waktu itu, dia telah mendapatkan rejeki sebesar 3 ribu rupiah, betapa baiknya si tukang ojek itu, gumannya dalam hati.
Ketika sedang dalam lamunan, Mbok Nah dikejutkan oleh sapaan anak semata wayangnya.
"Mbok aku berangkat sekolah dulu ya, doakan aku agar bisa mengikuti pelajaran dengan baik."
"Iya Nak, Mbok akan doakan, dan ini uang sakunya, hati-hati selama di jalan," kata Mbok Nah.
Anaknya ini berangkat ke sekolah dengan mengendarai sepeda kayuh yang jaraknya sekitar 2 kilometer.
Uang saku pun diterima anaknya, dan tak sempat melihat uang yang diberikan ibunya, uangnya langsung dimasukkan ke dalam saku atas seragam sekolahnya.
Setelah jam istirahat, anaknya Mbok Nah ini seperti biasanya membeli sebuah roti untuk mengisi perutnya.
Setelah mengambil uang di sakunya, betapa terkejutnya si anak ini karena uang yang diberikan ibunya ternyata 2 kali lipat dari biasanya, yaitu 2 ribu rupiah.
"Alhamdulillah, terima kasih ibu ya," kata anaknya dalam hati.

Membantu Sahabat.
Anaknya Mbok Nah ini akhirnya membeli roti di kantin sekolahnya sebanyak 2 buah.
Ketika akan melahap roti yang baru saja dibelinya, si anak ini melihat temannya yang sedang duduk menyendiri, terlihat sedih terlihat dari raut wajahnya.
Segera saja anaknya Mbok Nah mendekati temannya itu dan bertanya,
"Man, kenapa kamu terlihat sedih?" kata si anak yang ternyata temannya bernama Maman.
"Iya kawanku, aku lupa memabwa uang saku yang diberikan oleh ibuku tadi pagi, uang sakuku masih ada di atas meja kamarku, sekarang aku tidak bisa membeli makanan karena aku tidak punya uang, betapa laparnya hari ini" jawab temannya.
Melihat keadaan yang demikian, segera saja dia menawari temannya roti yang ada di tangan kanannya.
"Maukah kamu aku beri roti ini, kebetulan tadi aku membeli dua," jawab si anak.

Betapa senang hati kawannya itu, ucapan terima kasih dengan diiringi canda tawa riang terlihat jelas dari kedua orang sahabat itu.

Itulah sahabat, sedikit cerita tentang indahnya memberi, indahnya bersedekah, indahnya kebaikan yang telah kita berikan untuk orang lain. Orang yang kita beri meskipun hanya sedikit saja, bisa membahagiakan. Bahagia dan bahagia. Kebaikan yang kita berikan ternyata bisa membahagiakan orang lain nun jauh di sana tanpa kita sadari.
Jangan pandang rupiahnya, yang terpenting adalah sifat kedermawanan dan sifat kebaikan yang dimiliki.
(Sekali lagi mohon maaf kalau ada kesamaan nama).
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum.

Sunday, September 11, 2011

Anak Kecil Pencari Tuhan

Kisah islami teladan kali ini tentang seorang anak kecil yang mencari Tuhan.
Anak kecil ini mencari tahu siapakah pencipta langit dan bumi tempatnya berpijak, dialah Nabi Ibrahim a.s.


Kisahnya.
Kisah perjalanan Nabi Ibrahim saat masih kecil dalam mencari Tuhan ini disebutkan dalam ayat suci Al Qur'an, surat Al-An'am ayat 75.

وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ

Artinya:
"Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin."

Dikisahkan pada masa Raja Namrud menguasai wilayah Babilonia, lahirlah Nabi Ibrahim dari seorang wanita yang bernama Litsa binti Karbita dan ayahnya bernama Tarah. Tarah sendiri berprofesi sebagai pembuat patung untuk kemudian disembah sebagai Tuhan oleh rakyat Babilonia.




Bayi Ibrahim kemudian disembunyikan di gua tempat kelahirannya. Orang tuanya takut jika diketahui pasukan Raja Namrud, maka bayinya pasti akan dibunuh. Sebab pada masa itu ada perintah dari raja Namrud untuk membunuh semua bayi laki-laki. Di setiap kesempatan, Litsa datang ke gua itu secara sembunyi-sembunyi untuk memberi makan dan minum kepada putranya. Tanpa diketahui oleh prajurit Babilonia dan warga Babilonia, Ibrahim tumbuh dengan cepatnya.

Patung Tuli.
Ibrahim tumbuh dalam hidayah Allah SWT. Ibrahim merasa heran dengan perilaku masyarakat di sekitarnya. Mereka menyembah patung berhala. Ibrahim sudah mengerti jika patung tersebut mustahil bisa mengabulkan permohonan orang yang menyembahnya. Patung itu hanyalah benda mati yang bisu dan tuli, terlebih lagi patung-patung itu adalah buatan ayahnya sendiri.

Suatu hari Ibrahim bertanya kepada ibunya tentang Tuhan.
"Wahai ibuku, siapakah Tuhanku?" kata ibrahim.
"Akulah tuhanmu," jawab sang ibu.
"Kemudian siapakah tuhan ibu?" tanya Ibrahim lagi.
"Ayahmu adalah tuhanku," jawab ibunya lagi.
"Jika demikian, siapakah tuhan ayah?" ujar Ibrahim penasaran.
"Tuhan ayahmu adalah Raja Namrud, dialah tuhan kita semua," jelas ibunya.
"Lalu siapakah sebenarnya tuhan dari Raja Namrud?" kata Ibrahim yang terus bertanya.
Litsa hanya diam membisu. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan anaknya. Ibrahim akhirnya mencari dan menemukan tuhan yang pantas ia sembah.


Hidayah Allah SWT.
Pada suatu malam, Ibrahim melihat bintang di langit yang besar. Ia kemudian menganggap bintang itu sebagai Tuhan. Namun, ktika bintang itu tenggelam, Ibrahim tidak lagi menganggapnya sebagai tuhan karena musathil Tuhan dapat tenggelam.
Keesokan malamnya, Ibrahim melihat bulan yang bersinar terang dan kemudian menganggap bulan itu sebagai tuhan. Namun setelah pagi hari, bulan itu tidak terlihat lagi maka Ibrahim menyebut bulan tak pantas di sembah.


Lalu pada pagi itu, Ibrahim mendapati matahari yang menyinari alam, ia pun lantas menganggap matahari sebagai tuhan.
Namun lagi-lagi Ibrahim sangat kecewa karena matahari menghilang jika malam datang.
Pencarian Ibrahim berakhir ketika Allah SWT memberikan pengertian serta keyakinan yang benar kepadanya. Sehingga Ibrahim beriman kepada Allah SWT.

"Sesungguhnya aku mendapatkan diriku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi, dan aku cenderung kepada agama yang benar. Sesungguhnya aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan," katanya dengan penuh rasa syukur.
Ibrahim telah menemukan Tuhan yang sesungguhnya. Dengan keyakinan dan keimanan yang mantap, Ibrahim berani mengungkapkan kebenaran.

nb:
Gambar hanya ilustrasi saja.

Umar bin Khattab dan Rakyat Jelata

Kisah teladan islami pada malam ini akan sedikit bercerita tentang kepedulian Khalifah Umar bin Khattab terhadap rakyat miskin. Kisah ini sudah sangat terkenal di kalangan Umat Islam.
Bagi para pembaca, silahkan siapkan tisu untuk menyeka air mata yang kemungkinan akan keluar pada akhir cerita ya.


Assalamu'alaikum wr.wb.
Kisahnya.
Semua sudah tahu kan dengan sosok pemimpin Islam yang menjadi Khalifah kedua, dialah Umar bin Khattab r.a. Umar bin Khattab ini masuk dalam Islam berkat hidayah dari Allah yang pertama, yang kedua berkat doa Rasulullah SAW dan yang ketiga berkat adiknya Fatimah yang terlebih dulu menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW berkat lantunan ayat suci Al-Qur'an yang dibacanya.
Doa Rasulullah kala itu adalah,
"Semoga Allah memberi kejayaan pada Islam dengan masuknya Umar ke dalam Islam."
Dan Allah SWT pun mengabulkan doa tersebut.

Kembali ke pokok cerita, antara Khalifah Umar dan rakyat.
Umar adalah sosok pemimpin teladan yang sangat mengerti kepentingan rakyatnya. Padahal ia sendiri hidup dalam kondisi sangat sederhana.
Pada suatu malam, sudah menjadi kebiasaan bahwa Khalifah Umar bin Khattab sering berkeliling mengunjungi, menginvestigasi kondisi rakyatnya dari dekat.
Nah, pada suatu malam itu, ia menjumpai sebuah gubuk kecil yang dari dalam terdengar suara tangis anak-anak. Ia pun mendekat dan mencoba untuk memperhatikan dengan seksama keadaan gubuk itu.




Dialog Umar bin Khattab dengan seorang Ibu. 
Ternyata dalam gubuk itu terlihat seorang ibu yang sedang memasak, dan dikelilingi oleh anak-anaknya yang masih kecil.
Si ibu berkata kepada anak-anaknya,
"Tunggulah...! Sebentar lagi makanannya matang."
Sang Khalifah memperhatikan dari luar, si ibu terus menerus menenangkan anak-anaknya dan mengulangi perkataannya bahwa makanan yang dimasaknya akan segera matang.
Sang Khalifaf menjadi sangat penasaran, karena yang dimask oleh ibu itu tidak kunjung matang, padahal sudah lama dia memasaknya.

Akhirnya Khalifah Umar memutuskan untuk menemui ibu itu,
"Mengapa anak-anakmu tidak juga berhenti menangis, Bu..?" tanya Sang Khalifah.
"Mereka sangat lapar," jawab si ibu.
"Kenapa tidak cepat engkau berikan makanan yang dimasak dari tadi itu?" tanya Khalifah.
"Kami tidak ada makanan. Periuk yang dari tadi aku masak hanya berisi batu untuk mendiamkan mereka. Biarlah mereka berfikir bahwa periuk itu berisi makanan, dengan begitu mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur." jawab si ibu.

Setelah mendengar jawab si ibu, hati sang Kahlifah Umar bin Khattab serasa teriris.
Kemudian Khalifah bertanya lagi,
"Apakah ibu sering berbuat demikian setiap hari?"
"Iya, saya sudah tidak memiliki keluarga atau pun suami tempat saya bergantung, saya sebatang kara...," jawab si ibu.
Hati dari sang Khalifah laksana mau copot dari tubuh mendengar penuturan itu, hati terasa teriris-iris oleh sebilah pisau yang tajam.
"Mengapa ibu tidak meminta pertolongan kepada Khalifah supaya ia dapat meolong dengan bantuan uang dari Baitul Mal?" tanya sang khalifah lagi.
"Ia telah zalim kepada saya...," jawab si ibu.
"Zalim....," kata sang khalifah dengan sedihnya.
"Iya, saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya. Siapa tahu ada banyak orang yang senasib dengan saya!" kata si ibu.


Khalifah Umar bin Khattab kemudian berdiridan berkata,
"Tunggulah sebentar Bu ya. Saya akan segera kembali."



Bantuan dari Khalifah.
Di malam yang semakin larut dan hembusan angin terasa kencang menusuk, Sang Khalifah segera bergegas menuju Baitul Mal di Madinah. Ia segera mengangkat sekarung gandum yang besar di pundaknya ditemani oleh sahabatnya Ibnu Abbas. Sahabatnya membawa minyak samin untuk memasak.
Jarak antara Madinah denga rumah ibu itu terbilang jauh, hingga membuat keringat bercucuran dengan derasnya dari tubuh Umar. Melihat hal ini, Abbas berniat untuk menggantikan Umar untuk mengangkat karung yang dibawanya itu, tapi Umar menolak sambil berkata,
"Tidak akan aku biarkan engkau membawa dosa-dosaku di akhirat kelak. Biarkan aku bawa karung besar ini karena aku merasa sudah begitu bersalah atas apa yang terjadi pada ibu dan anak-anaknya itu."

Beberapa lama kemudian sampailah Khalifah dan Abbas di gubuk ibu itu.
Begitu sekarung gandum dan minyak samin itu diserahkan, bukan main gembiranya mereka. Setelah itu, Umar berpesan agar ibu itu datang menemui Khalifah keesokan harinya untuk mendaftarkan dirinya dan anak-anaknya di Baitul Mal.
Setelah keesokan harinya, ibu dan anak-anaknya pergi untuk menemui Khalifah. Dan betapa sangat terkejutnya si ibu begitu menyaksikan bahwa lelaki yang telah menolongnya tadi malam adalah Khalifahnya sendiri, Khalifah Umar bin Khattab.
Segera saja si ibu minta maaf atas kekeliruannya yang telah menilai bahwa khalifahnya zalim terhadapnya. Namun Sang Khalifah tetap mengaku bahwa dirinyalah yang telah bersalah.

Nah, itulah kisah pemimpin teladan kita kali ini, sahabat Rasulullah SAW, Khalifah Umat Islam yang kedua, Umar bin Khattab.
Pelajaran berharga ini juga ada di  Indonesia loh...yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh pemerintah, seperti pada zaman Khalifah Umar bin Khattab yang menyuruh rakyatnya yang miskin untuk mendaftarkan diri di Baitul Mal dalam cerita di atas.

Akhir Kalam,
Waasalam.

Saturday, September 10, 2011

Melihat Wujud Asli Malaikat Jibril

Kisah islamiah hadir kembali dengan sajian tentang Rasulullah SAW yang melihat wujud asli Malaikat Jibril.
Bacaan islami, khusus untuk kaum muslimin dan muslimat, agar makin meningkat rasa iman dan takwa kita semua kepada Allah SWT.

Perasaan takut, cemas dan bahagia, mungkin itulah yang dirasakan Rasululah SAW di Gua Hira setelah melihat Malaikat Jibril dan menerima wahyu.
Sesampainya di rumah pun beliau tetap gemetar. Namun itulah amanat Allah SWT. Tugas dakwahpun dimulai.


Kisahnya.
Sebelum menerima wahyu, Nabi SAW sering bermunajat kepada Allah SWT dan menjauhi keramaian, dan Gua Hira lah yang selalu beliau kunjungi pada malam hari. Dan di gua itu pula Rasul akhirnya menerima wahyu yang pertama. Setelah menerima wahyu, beliau memutuskan untuk kembali ke Makkah. Ketika itu, saat perjalanan pulang, suasana alam sekitarnya begitu berbeda. Nabi Muhammad SAW merasakan bahwa semua makhluk berbicara dan mengucapkan selamat kepada beliau karena menjadi nabi yang terakhir.

Sungguh luar biasa, diluar nalar, diluar pikiran manusia biasa, bahwa ada seseorang yang mampu mendengar pembicaraan makhluk lain selain manusia.
Contoh mukjizat Rasulullah SAW adalah pada postingan beberapa bulan yang lalu dengan judul Dialog Rasulullah SAW dengan Gunung.
Hal yang demikian bukanlah hal sulit bagi Allah dan Rasulnya untuk berbicara dengan benda mati seperti gunung itu.

lanjut lagi..
Badan Gemetar. 
Rasulullah dibuat terkejut dengan apa yang dilihat dan didengar dan juga terdengar gemuruh suara dari langit.
Malaikat Jibril yang menampakkan dirinya dalam bentuk aslinya berkata kepada Rasululah SAW,
"Muhammad! Engkau adalah utusan Allah dan aku adalah Malaikat Jibril!"
Setelah menampakkan diri, malaikat itu kemudian menghilang dari pandangan Rasulullah SAW. Beliaupun bergegas menuruni gunung dan langsung menuju rumahnya.

Sesampainya di rumah, Khadijah sangat terkejut telah mendapati suaminya dalam keadaan ketakutan dan gelisah seperti itu. Suaminya terlihat tidak mampu berbicara dan bergemetar. Rasulullah berulangkali berkata kepada istrinya,
"Selimuti aku! Selimuti aku!"
Khadijah pun membantu beliau ke tempat tidur dan menyelimutinya. Rasulullah memutuskan untuk beristirahat sejenak.




Ketika sudah merasa tenang, beliau menceritakan apa yang terjadi kepada istrinya satu persatu.
Beliau menambahkan,
"Aku takut Khadijah! Aku takut sesuatu yang berbahaya akan menimpaku."
Sebagai istri, Khadijah berusaha menenangkan suaminya.
"Apa yang perlu ditakutkan?" Jamgan khawatir, Allah SWT tidak akan pernah mempermalukan seorang hamba sepertimu," ucap Khadijah.
Sungguh Khadijah itu seorang istri yang sangat luhur budi pekertinya serta taat suami.

Dukungan Istri.
Rasulullah SAW baru saja diberi tugas berat. Jadi, ketakutan yang beliau rasakan itu adalah wajar dan bisa dimengerti. Melihat suaminya sudah tenang, Khadijah bertutur lagi,
"Engkau selalu menyampaikan kebenaran, semua orang mempercayaimu. Engkau bersikap baik kepada semua orang. Dari hal itu, aku mengharapkan engkaulah nabi yang ditunggu-tunggu itu," ucap Khadijah menenangkan suaminya.
Rasulullah pun menjadi lebih tenang hatinya. Dukungan dari Khadijah membuatnya merasa jauh lebih baik.

Khadijah selalu yakin suaminya akan menjadi seorang nabi. Ia pun memikirkan siapa orang yang tepat untuk mendapatkan berita itu pertama kali. Pada saat itulah nama Waraqah yang muncul pertama di benak Khadijah.
Waraqah adalah seorang yang sudah tua, penglihatannya pun terganggu, tapi Waraqah masih bisa menerjemahkan berbagai kejadian dengan baik.
Khadijah dan Rasulullah SAW akhirnya menemui Waraqah. Mereka hanya bisa berbagi rahasia semacam itu dengan orang bijak seperti Waraqah.

Dukungan Waraqah.
Nabi pun menceritakan semua peristiwa yang dialami.
Waraqah mendengarkan dengan penuh perhatian dan kebahagiaan pun terpancar dari raut wajah laki-laki bijak itu. Ketika Rasulullah SAW selesai bercerita, Waraqah berkata,
"Malaikat yang kau lihat itu adalah Jibril. Dan kaulah nabi yang ditunggu-tunggu itu."
Nabi pun dengan tenang mendengarnya, sebab ucapan Waraqah memang berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya dari kitab-kitab yang pernah dibacanya.

"Aku berharap bisa menjadi muda saat kau mengajak orang-orang ke ajaran yang benar ini. Dan aku berharap, bisa bersamamu serta membantumu saat orang-orang mengusirmu dari Makkah," tutur Waraqah dengan lembut.
Rasulullah pun terkejut dan bertanya,
"Mengapa mereka akan mengusirku dari Makkah?" tanya Rasulullah SAW.

Dengan bijak Waraqah menjawab,
"Dalam setiap masa selalu ada orang jahat. Mereka akan memperlakukanmu dengan buruk. Mereka akan menuduhmu sebagai tukang sihir dan mereka akan mengusirmu dari Makkah. Kalau saat itu akau masih diberi umur panjang, aku pasti akan membantumu dan mendukungmu," jelas Waraqah.

Setelah menjawab pertanyaan Nabi Muhammad SAW, Waraqah kemudian berdiri dan membungkukkan badan lalu mencium kening Rasulullah SAW, Ia begitu sangat bahagia karena bisa bertemu dengan nabi akhir zaman yang akan mengajarkan kebenaran dan mencegah kemungkaran.
Dukungan, kasih sayang dari istrinya Khadijah dan seorang ahli kitab Waraqah sangat menentramkan hatinya. Dakwah pun dimulai, hingga saat ini ajaran Nabi Muhammad masih langgeng, kita imani kerasulannya, dialah utusan Allah, Nabi terakhir yang diturunkan.

Friday, September 9, 2011

Pengakuan Iblis kepada Nabi Isa

Kisah Islamiah hadir kembali dengan membawa cerita tentang pengakuan iblis kepada Nabi Isa a.s.
Iblis secara terang-terangan mengaku kepada Nabi Isa bahwa dirinya akan menyesatkan manusia dengan kesenangan dunia dan mengelabuhi manusia agar menajadikan Nabi Isa a.s sebagai Tuhan.


Kisahnya.
Semua pasti mengetahui bahwa Nabi Isa a.s adalah seorang Rasul yang lahir dari seorang ibu bernama Maryam dan tanpa ayah, akan tetapi bukan karena zina. Ketika usia kandungan Maryam semakin dekat pada hari kelahiran, ia keluar dari daerah pengasingannya untuk menyelamatkan diri.
Karena merasa sakit, Maryam membaringkan diri, dan pada saat itulah lahir seorang bayi, dialah Isa binti Maryam.

Beberapa hari setelah kelahirannya, Nabi Isa dibawa pulang ke kampung ibunya. Orang kampung saling berdatangan untuk melihat putra Maryam. Mereka mencemooh Maryam karena membawa bayi tanpa ayah. Mereka menuduhnya berbuat zina, padahal ia berasal dari keluarga baik-baik. Maryam tidak menanggapi tuduhan itu, akan tetapi memberi isyarat kepada bayinya.




Pertemuan Nabi Isa a.s dan Iblis.
Pada saat usia 30 tahun, nabi Isa a.s sering pergi ke luar rumah untuk mengasingkan diri dari keramaian, membersihkan nurani dan mencari pencerahan jiwa.
Ketika menuju ke Bukit Zaitun, Nabi Isa jatuh terduduk dekat sebuah batu besar dan merasa lapar. Tiba-tiba saja ada yang datang menghampirinya, lalu memintanya menjadikan batu besar itu roti.

"Aku mampu menjadikan batu besar itu menjadi roti, niscaya kamu tidak akan kelaparan," kata orang yang datang itu yang tak lain adalah iblis.
"Aku tidak akan meminta pertolongan kepadamu. Kebesaran Tuhan hanya ada pada Allah," kata Nabi Isa a.s.

Iblis lalu pergi setelah tidak berhasil membujuk Nabi Isa a.s. Setelah kepergian iblis itu, Nabi Isa mengucapkan syukur kepada Allah karena telah ditetapkan imannya sehingga tidak terperdaya oleh bujuk rayu iblis.

Ketika berada di bukit Zaitu, Nabi Isa bersujud dan bersyukur karena selamat dari godaan iblis. Tidak lama kemudian, Malaikat Jibril mendatanginya lalu menyampaikan tugas kenabian dan kerasulannya.
Iblis tidak hanya berhenti di situ saja, suatu saat iblis ini membawa Nabi Isa ke atas Baitullah di Yerusalem.

"Wahai kekasih Allah, jika engkau ingin dakwahmu mudah dan diterima orang-orang, maka mintalah engkau kepada Tuhanmu untuk dijatuhkan dari tempat tinggi, maka Allah akan mengutus malaikat untuk melindungimu dari cedera," kata Iblis.
Nabi Isa a.s yang mengerti maksud jahat dari Iblis itu, maka ia tidak menuruti permintaannya.

Tipu Daya Iblis.
"Wahai laknatullah, akau tahu jika engkau sedang membujukku. Bnayak orang yang hanya senang melihat mukjizatku tapi sedikit yang akan beriman kepada Allah," jelas Nabi Isa a.s.

Riwayat lain dari Ibnu Abbas menjelaskan bahwa iblis pernah bertemu dengan Nabi Isa di pintu Baitul Maqdis di Palestina.
"Wahai makhluk terlaknat, ceritakan kepadaku apa yang kamu perbuat terhadap umat Musa," tanya Nabi Isa.
"Wanita Yahudi akau jadikan menguasai mereka," jawab Iblis.
"Kemudian apa yang akan kamu perbuat terhadap umatku?" tanya Nabi Isa.
"Mereka saya perintah agar menjadikan kamu sebagai Tuhan," jawab Iblis.
"Lantas apa yang kamu lakukan terhadap umat Muhammad SAW?" tanya Nabi Isa lagi.
"Saya tidak mampu menggoda mereka, akan tetapi mereka saya rayu senang terhadap uang, dinar, dan dirham, sehingga mereka lebih menyenangi hal itu daripada lafadz Laa Ilaaha Illallah," jelas iblis.



Pada akhir dialog, Nabi Isa melihat punggung iblis tercabik-cabik dan terputus-putus.
Nabi Isa bertanya,
"Lalu kenapa punggungumu mengalami hal seperti itu?".
"Adapun sesuatu yang dapat membuat punggungku terputus adalah seorang hamba yang shalat sunnah di rumahnya baik sendiri atau dengan jamaah dan yang membuat badanku hancur adalah suara kuda perang di jalan Allah," jawab iblis.

Mengetahui trik iblis dalam menggoda umatnya, Nabi Isa dengan tegas menyatakan bahwa dirinya bukanlah Tuhan yang disembah. Beliau hanya seorang nabi dan rasul yang juga menyembah Allah SWT, Tuhan Sekalian Alam.

(Ibu Maryam tidak pernah berzina.
Nabi Isa a.s bukanlah Tuhan.
Nabi Isa a.s seorang Nabi dan Rasul dan pastinya diberi wahyu akan keberadaan seorang Nabi akhir zaman setelah sepeninggal Nabi Isa a.s.
Iblis selalu menggoda manusia sampai hari kiamat.)

Thursday, September 8, 2011

Nabi yang Menahan Matahari

Kisah Islamiah hadir kembali dan kali ini tentang Nabi Yusya' yang mampu menahan terbenamnya matahari. Karena menunggu peperangan yang belum selesai, matahari ditahan untuk tidak terbenam terlebih dahulu oleh Allah SWT, hal ini karena doa yang dipanjatkan oleh Nabi Yusya'.




Kisahnya.
Setelah Nabu Musa a.s wafat, Nabi Yusya, bin Nun a.s membawa Bani Israil keluar dari padang pasir. Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan akhirnya sampai di kota Jerica. Kota Jerica adalah sebuah kota yang mempunyai pagar dan pintu gerbang yang kuat. Bangunan-bangunan di dalamnya tinggi-tinggi serta berpenduduk padat.

Nabi Yusya' dan Bani Israil yang bersamanya, mengepung kota tersebut sampai enam bulan lamanya. Suatu hari, mereka bersepakat untuk menyerbu ke dalam. Dengan diiringi suara terompet dan pekikan takbir dan dengan semangat yang kuat, mereka pun berhasil menghancurkan pagar pembatas kota, kemudian memasukinya.
Mereka juga dapat menaklukkan sejumlah raja yang berkuasa dan mereka berhasil mengalahkan sebelas raja dan raja-raja yang berkuasa di Syam.

Hari itu hari Jum'at, peperangan belum juga usai, semnetara matahari sudah hampir terbenam, dan hal ini menunjukkan bahwa hari Jumat akan segera berlalu dan hari Sabtu akan tiba.
Padahal menurut syariat, pada hari Sabtu dilarang melakukan peperangan. Oleh karena itu Nabi Yusya' berdoa,
"Wahai matahari, sesungguhnya engkau hanya mengikuti perintah Allah, begitu pula aku. Aku bersujud mengikuti perintah-Nya. Ya Allah, tahanlah matahari itu untukku agar tidak terbenam dulu."


Doa Nabi Yusya' dikabulkan.
Setelah berdoa, ternyata benar-benar terjadi keajaiban. Doa Nabi Yusya' dikabulkan Allah SWT. Maka Allah menaklukkan matahari agar tidak terbenam sampai Nabi Yusya' dan tentaranya berhasil menaklukkan negeri itu dan memerintahkan bulan agar tidak menampakkan dirinya terlebih dahulu.

Harta Rampasan.
Maka saat itu juga Allah menahan matahari hingga Nabi itu menaklukkan daerha tersebut. Setelah bala tentaranya mengumpulkan semua harta rampasan di sebuah tempat, maka Nabi berkata,
"Di antara kalian ada yang berkhianat, masih menyimpan sebagian dari harta rampasan. Aku harap dari setiap kabilah ada seorang yang bersumpah padaku."

Maka mereka pun datang satu persatu untuk disumpah. Kedua tangan Nabi itu lengket pada tangan salah seorang diantara mereka, ia berkata,
"Di antara kabilah kalian ada yang berkhianat, aku minta semua orang di kabilahmu untuk bersumpah."





Satu persatu mereka disumpah.
Ternyata benar saja ada dua orang yang telah berkhianat dengan menyembunyikan harta rampasan. Setelah harta rampasan dikembalikan, maka dikumpulkanlah semua harta rampasan itu di sebuah lapangan. Tiba-tiba saja datanglah api menyambar harta rampasan itu dan melalapnya. (Ingat, harta rampasan memang tidak pernah dihalalkan untuk umat sebelum kita).

Diriwayatkan oleh Muslim secara terpisah,
"Dan harta rampasan dihalalkan untuk kita karena Allah melihat kelemahan dan ketidakmampuan kita."

Setelah Baitul Maqdis dapat dikuasai oleh Bani Israil, maka mereka hidup di dalamnya dan diantara mereka ada Nabi Yusya' yang memerintah mereka dengan kitab Allah, Taurat, sampai akhir hayatnya.


Kisah ini dipetik dari hadits berikut ini:
Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya matahri itu tidak pernah bertahan tidak terbenam hanya karena seorang manusia kecil kecuali untuk Yusya'. Yakni pada malam-malam dia berjalan ke Baitul Maqdis (untuk jihad)."
(HR. Ahmad dan sanadnya sesuai dengan syarat Al-Bukhari).

Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah r.a, dia berkata, Rasululah SAW bersabda,
"Ada seorang nabi dari nabi-nabi Allah yang ingin berperang. Dia berkata kepada kaumnya, "Tidak boleh ikut bersamaku dalam peperangan ini seorang laki-laki yang telah berkumpul dengan istrinya dan dari itu dia mengharapkan anak tapi masih belum mendapatkannya, begitu pula orang yang telah membangun rumah tapi atapnya belum selesai.
Juga tidak boleh ikut bersamaku orang yang telah membeli kambing atau unta hamil yang dia tunggu kelahiran anknya."

Maka berangkatlah Nabi itu berjihad, dia sudah berada di dekat suatu desa atau daerah yang dituju saat Ashar telah tiba atau hampir tiba. Maka dia berkata kepada matahari,
"Hai matahari, engkau tunduk kepada perintah Allah dan akupun juga demikian. Ya Allah, tahanlah matahari itu sejenak agar tidak terbenam."

Akhir kata, Wallahu A'lam.

Sunday, September 4, 2011

Sembuh dari Buta berkat Syahadat

Pada zaman dahulu ada seorang budak dari Abu Jahal yang bernama Zunairah. Dia merupakan telah menjadi mualaf.
Dengan masuknya Zunairah menjadi seorang muslim, hal itu membuat Abu Jahal sangat marah, hingga menyiksanya sampai buta. Akan tetapi setelah membaca syahadat, mata Zunairah menjadi sembuh kembali.


Kisahnya.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, hampir sebagian besar sahabat Nabi mengalami siksaan yang amat pedih. Salah satunya adalah budak berkulit hitam yang bernama Zunairah, dialah budak Abu Jahal.
Meskipun sebagai budak, Zunairah mampu mengimani apa yang didakwahkan Rasulullah SAW. Namun karena masih berstatus budak, dirinya diam-diam melakukan ibadah seolah tidak ingin diketahui oleh majikannya yang teramat menentang dakwah Rasulullah SAW.

Akhirnya, pada suatu hari, Abu Jahal mengetahui perihal keimanan Zunairah.
Abu Jahal marah sekali,
"Aku baru saja mendengar kabar bahwa kamu baru masuk Islam?" kata Abu Jahal sambil menampar pipi budaknya itu.
"Memang benar. Mulai saat ini aku percaya pada seruan Nabi Muhammad SAW, karena itu aku mengikutinya," jawab Zunairah dengan tenang.

Teguh Iman.
Jawaban yang jelas dan tegas itu telah membuat Abu Jahal semakin marah. Tangannya langsung menuju muka Zunairah, bahkan kakinya juga ikut menendang, sehingga budak itu jatuh tersungkur di tanah. Meskipun disiksa sedemikan itu, namun iman Zunairah tetap tegar.

Setelah lelah menyiksa budaknya, Abu Jahal kemudian membawa budaknya ke tanah lapang. Abu Jahal kemudian menghajar Zunairah lagi, padahal Zunairah sudah buta karena terkena pukulan keras sebelumnya. Melihat keadaan yang demikian itu, Abu Jahal tertawa keras dan mengejek.
"Matamu menjadi buta itu karena akibat kau masuk islam," ejek Abu Jahal.
Betap sakitnya hati Zunairah mendengar olok-olokan yang dilontarkan oleh Abu Jahal itu. Meskipun demikian, Zunairah tidak ingin kembali ke agamanya yang dahulu. Ia tetap yakin bahwa hanya Allah SWT saja yang berhak disembah dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya.
"Kalian semua pembohong dan tak bermoral. lata dan uzza yang kalian sembah itu tidak akan bisa berbuat apa-apa, apalagi memberi manfaat kepada kalian," ujar Zunairah.

Mendapat jawaban yang demikian itu, tentu saja Abu Jahal semakin merah padam.
"Wahai Zunairah, ingatlah kepada lata dan uzza. Itu adalah berhala sembahan kita sejak nenek moyang. Tak takutkah jika mereka nanti murka kepadamu? Tinggalkanlah segera agama Muhammad yang melecehkan kita," ajak Abu Jahal sambil menarik rambut Zunairah.
Zunairah tetap saja pada keyakinannya meskipun sudah menderita lahir dan batin, dia tetap tidak mau dengan ajakan Abu Jahal dan teman-temannya.
"Wahai Abu Jahal, sebenarnya lata dan uzza itu buta. Lebih buta daripada mataku yang buta ini. Meskipun mataku buta, Allah tidak akan sulit mengembalikannya menjadi terang, tidak seperti tuhanmu lata dan uzza itu," jelas Zunairah.

Mata Zunairah sembuh.
Karena hari sudah menjelang malam, siksaan terhadap Zunairah untuk sementara dihentikan. Zunairah diperintahkan pulang ke rumah Abu Jahal. Tak lama kemudian, Zunairah membaca syahadat. Sungguh ajaib, setelah membaca syahadat, tiba-tiba saja mata Zunairah kembali dapat melihat dan semua bekas siksaan yang ada di tubuhnya hilang.
Menjelang pagi hari, Abu Jahal ingin menyiksa lagi Zunairah.
"Hai Zunairah, cepatlah kemari," seru Abu Jahal.

Begitu melihat wajah Zunairah bersih, memar-memar bekas pukulan juga hilang, apalagi ditambah kedua mata Zunairah telah sembuh, hal itu membuat Abu Jahal semakin sakit hati.
"Kamu apakan wajahmu, padahal matamu kemarin buta dan bedarah, tapi sekarang kok bisa sembuh. Aku yakin ini pasti ulah sihir Muhammad karena dia pandai main sihir," ujar Abu Jahal.
"Tuan jangan salah paham. Ini semua berkat kekuasaan Allah SWT. Hanya Dialah yang bisa membuat manusia sehat, hidup, mati dan masih banyak lagi. Sedangkan Muhammad itu hanya manusia biasa, dia cumaa utusan Allah SWT," jawab Zunairah.

Setelah itu, Abu Jahal segera saja menarik tubuh Zunairah ke lapangan. Siksaan pun dilakukannya.
Untungnya, ada Abu Bakar yang lewat dan datang mendekatinya. Tak lama kemudian, Abu Bakar menebus Zunairah, dan akhirnya dia bebas tidak menjadi budak lagi.

Thursday, September 1, 2011

Dapat Bidadari setelah Bersedekah

Kisah-kisah teladan islami hadir kembali setelah hari raya Idul Fitri 1432 Hijriyah. Dan kali ini bercerita tentang seorang miskin yang ahli bersedekah.

Jikalau ada orang kaya yang bersedekah, hal itu merupakan hal yang biasa, namun kalau ada seorang yang miskin berani bersedekah dengan keimanan yang sangat tinggi, itu baru namanya luar biasa.
Seperti itulah yang dialami oleh 'Athiyah bin Kholaf.
Subhanallah...
Saat ajal menjemputnya, ia diberi kemudahan meninggal dunia setelah berdoa.
Kisahnya.
'Athiyah bin Kholaf adalah seorang pedagang kurma yang kaya raya dari Mesir. Oleh karena suatu hal, bisnisnya jatuh terpuruk dan bangkrut. Ia menderita kerugian yang sangat besar sehingga membuatnya jatuh miskin. Bahkan karena sangat miskinnya, ia hanya mempunyai pakaian yang melekat di badan dan sebuah sarung untuk menutupi auratnya serta sebuah tempat tinggal yang amat sangat sederhana.

Ketika bulan Muharram datang, ia melakukan shalat dua rakaat di Masjid Amru bin Ash. Kebiasaan yang berlaku di masjid itu pada hari biasa adalah tidak diperkenankannya seorang wanita di masjid waktu itu. Kecuali pada hari-hari di bulan Muharram saja. Di masjid itu, 'Athiyah berdoa dengan amat khusyuk bersama orang banyak.

Bersedekah untuk Pengemis.
Ketika 'Athiyah bin Kholaf sedang khusyuknya berdoa, tiba-tiba ada seorang wanita bersama anak-anaknya mendekat sambil berkata,
"Demi Allah, semoga Tuan bisa membantu kesulitan yang sedang aku hadapi saat ini. Aku adalah Syanifah. Berilah aku sesuatu yang bisa memenuhi kebutuhan makan anak-anakku. Suamiku telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan apa-apa."

'Athiyah berkata dalam hatinya,
"Aku juga tidak mempunyai sesuatu selain baju ini. Jika aku lepas di sini dan aku berikan pada wanita itu, akan terbukalah tubuhku. Jika wanita ini aku tolak, alasan apakah yang akan aku kemukakan pada Nabi SAW?"
Akhirnya 'Athiyah berkata,
"Mari ke rumahku. Aku akan memberimu sesuatu."
Maka wanita itu pun mengikuti 'Athiyah sampai di rumahnya.

Lalu 'Athiytah menyuruhnya untuk menunggu di luar rumahnya. Tidak lama kemudian 'Athiyah keluar hanya mengenakan kain sarung saja dengan membawa sepotong baju lusuh. Diberikannya baju lusuh tadi kepada wanita tersebut untuk dijualnya.
Tak terkirakan gembiranya wanita tadi ketika menerima pemberian 'Athiyah. Lalu ia mendoakan 'Athiyah,
"Semoga Allah memberikan pada Tuan sebuah pakaian di surga dan Tuan tidak akan membutuhkan sesuatu pada orang lain selama hidup Tuan."

Bertemu Bidadari.
'Athiyah merasa sangat senang mendengar do'a tersebut. Setelah wanita itu pulang, ia melaklukan shalat dan berzikir hingga larut malam dan tertidur. Ketika tidur, ia bermimpi melihat seorang wanita cantik jelita dan belum pernah ia lihat di dunia ini. Di tangan wanita itu ada buah apel yang amat harum baunya. Anehnya, ketika buah apel itu dibelah, dari belahan apel itu keluar pakaian yang snagat indah dan terlihat mahal. Rupanya pakaian itu langsung diproduksi dari syurga.

Pakaian itu diberikannya kepada 'Athiyah bin Kholaf. Setelah pakaian itu dikenakan, tiba-tiba bidadari itu duduk di pangkuannya.
'Athiyah lantas bertanya,
"Siapakah kamu ini?"
"Aku adalah 'Asyurah, istrimu di surga," jawab bidadari itu.
"Dengan amal apakah aku memperoleh kemuliaan seperti ini?" tanya 'Athiyah.
Lalu bidadari itu menjawab,
"Dengan seorang janda miskin yang kamu beri sedekah."

Setelah terjadi dialog tersebut, tiba-tiba bidadari itu menghilang dari pangkuannya. Hilangnya bidadari itu membuat 'Athiyah terbangun dan sadar bahwa ia baru saja bermimpi, namun anehnya saat ia terbangun ia masih merasakan bau harum seperti yang dialaminya dalam mimpi.

Setelah kejadian itu 'Athiyah sangat senang. Sangat senang telah mendapatkan mimpi itu. Kemudian ia mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat sebagai tanda rasa syukurnya kepada Allah SWT.
Doa yang dibaca oleh 'Athiyah adalah,
"Wahai Allah SWT, Tuhanku. Apabila mimpi dalam tidurku itu benar dan bidadari dalam mimpiku itu adalah istriku di surga, maka matikanlah aku saat ini juga untuk bertemu dengan-Mu."

Setelah selesai berdoa, ia langsung meninggal dunia.
Subhanallah....
Subhanallah...
Subhanallah...
Ia meninggal dunia dengan tenang dan mati Khusnul Khatimah.

NB:
Sungguh sangat beruntung orang yang ahli bersedekah.
Karena keikhlasan hati untuk menolong seorang janda yang miskin, 'Athiyah mendapatkan pengganti yang sangat luar biasa. Hal ini terjadi karena 'Athiyah orang yang taat beragama dan ahli sedekah.

Dia sangat ikhlas menolong janda miskin yang benar-benar miskin. Sungguh janda itu miskin, dan bukannya hanya tipuan miskin agar disedekahi. Jelas terlihat bahwa si janda sangat senang, si pemberi juga sangat senang.
Lalu bagaimanakah kalau kita bersedekah kepada orang berpunya yang mengaku miskin...
Wallahu A'lam...