Tuesday, January 24, 2012

Khidir Tergolong Nabi atau Wali?

Kisah Islamiah sore dengan seorang insan yang bernama Khidir sebagai topiknya.
Ada beberapa ulama yang menganggap bahwa Khidir adalah seorang wali atau ulama besar yang tinggi ilmunya dan suci kepribadiannya.
Namun, sebagian besar ulama mengatakan bahwa Khidir adalah seorang Nabi.


Berikut Fatwa-fatwa yang menyatakan tentang Khidir.
1. Fatwa dari Syeikh Abu Umar bin Shalah.
Beliau berkata,
"Dia (Khidir) adalah Nabi. Tetapi para ulama bertentangan pendapat tentang kerasulannya."

2. Abu Ishaq Al-Alibi (ahli tafsir).
Beliau berkata,
"Khidir adalah seorang Nabi. Tetapi ia tidak mudah dilihat oelh sembarang orang."

Penulis pun lebih condong kepada 2 fatwa di atas, hal ini merujuk kepada ayat suci Al Qur'an Surat Al-Kahfi ayat 65, ayat 82 serta Surat Maryan ayat 21 dan Surat Huud ayat 28.

فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا ٦٥

Artinya:
"Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami[886]."
(QS. Al-Kahfi: 65)

[886] Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini ialah wahyu dan kenabian. sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut.


وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا ٨٢

Artinya:
"Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya"."
(QS. Al-Kahfi: 82)

Dari kedua ayat tersebut menegaskan tentang kenabiannya.
"Dan bukannya aku melakukannya menurut kemauanku sendiri (kata Khidir kepada Nabi Musa as).
Maksudnya adalah bahwa Khidir dikaruniai pengetahuan oleh Allah SWT melebihi batas kemampuan manusia biasa, bahkan di atas kemampuan Nabi Musa as. Kalau Khidir bukan seorang Nabi, pantaskah Nabi Musa as berguru kepadanya?

Kata Rahmat berarti Nabi, ayat yang menjelaskan adalah:

قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَآتَانِي رَحْمَةً مِنْ عِنْدِهِ فَعُمِّيَتْ عَلَيْكُمْ أَنُلْزِمُكُمُوهَا وَأَنْتُمْ لَهَا كَارِهُونَ ٢٨

Artinya:
"Berkata Nuh: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. apa akan Kami paksakankah kamu menerimanya, Padahal kamu tiada menyukainya?""


قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا ٢١

Artinya:
Jibril berkata: "Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan".


Ahli tafsir yang terkenal, yaitu Ibnu Katsir lebih condong menggolongkan Khidir kepada para Nabi. Dua Ayat Al Qur'an di atas terdapat kata rahmat. Kata rahmat itu memiliki makna bahwa kata Rahmat adalah Nabi.