Friday, September 21, 2012

Bara Api Menjadi Butiran Mutiara

Kisah ini terjadi pada zaman Nabi Isa as.
Pada saat itu hiduplah seorang wanita salihah yang selalu taat melaksanakan ibadah dan bahkan jika ia sedang beribadah, maka ia lupa segala-galanya karena hati dan pikirannya hanya tertuju kepada Allah SWT semata.

Api

Kisahnya.
Pada suatu hari wanita salihah itu sedang menanak nasi.
Di tengah-tengah kesibukannya mamasak, tiba-tiba datanglah waktu shalat. Maka ia pun menghentikan kegiatannya dan langsung beranjak untuk mengerjakan shalat. Ketika ia sedang terlena dalam kekhusukan ibadahnya, datanglah iblis laknatullah yang ingin menggoda dan menyesatkan wanita itu dari jalan Allah SWT.




Iblis ingin merusak ibadahnya dengan suatu cara yang dapat mengkhawatirkan hati wanita mulia itu. Akhirnya iblis menyamar sebagai seorang wanita dan masuk ke dalam rumahj wanita salihah itu sembari berkata,
"Aku akan menghanguskan masakanmu ini."

Meski iblis telah melaksanakan segala rencana jahatnya itu, akan tetapi wanita salihah itu tetap khusyuk dalam ibadahnya, bahkan seolah-olah sudah tidak mempedulikan kehidupan dunianya lagi. Semuanya itu ia lakukan demi untuk mencari ridha Allah SWT.

Setelah mengetahuinya usahanya tidah membuahkan hasil, iblis kemudian menggunakan cara lain.
Kemudian diambillah anak wanita salihah itu untuk dibakar. Karena menurut anggapan iblis, bahwa seorang ibu pasti tidak tega jika anaknya celaka. Akan tetapi justru sebaliknya, wanita salihah itu tidak menunjukkan rasa cemas atas apa yang akan menimpa anaknya. Bahkan ia tetap khusyuk dalam beribadah, karena ia selalu yakin bahwa Allah SWT pasti akan menolongnya.



Ketika iblis memasukkan anak wanita salihah itu ke dalam kobaran api, pada saat itu juga Allah SWT menjadikan bara api menjadi butiran-butiran mutiara yang berwarna merah.

Kabar tersebut akhirnya sampailah kepada Nabi Isa as.
Nabi Isa as bertanya,
"Mengapa semua itu bisa terjadi?"
"Wahai Nabiyullah, Setiap kali saya berhadats, saya selalu berwudhu kembali dan setiap kali ada orang yang meminta, maka saya selalu memberi dan aku selalu menanggung derita sebagaimana yang ditanggung oleh orang-orang yang mati," jawab wanita salihah itu.