Kisah Islamiah kali ini hadir dengan kisah menarik lainnya yang berhubungan dengan sosok setan yang banyak menyebabkan lupa kepada manusia.
Lupa ini bisa membawa petaka. Setan pun sering memanfaatkan titik lemah ini dari manusia. Betapa banyak mereka yang dibuat lupa dalam urusan dunia apalagi agama.
BERIKUT KISAHNYA.
Pada suatu waktu Nabi Musa pernah bertanya kepada kaumnya, siapa manusia yang lebih pintar dan berilmu lebih dari yang ia miliki.
"Wahai kaumku, adakah manusia di muka bumi ini yang kepandaiannya melebihi aku? Yang ilmunya lebih banyak daripada aku?"
(Red: Nabi Musa bertanya demikian semata pasti ingin mempelajari ilmu biar tambah berilmu, bukan bermaksud sombong sedikitpun di hadapan manusia).
Tidak ada seorang pun yang bisa menjawab, dan akahirnya Nabi Musa membawa pertanyaan pada Allah SWT, pencipta alam semesta.
"Ada. Di muka bumi itu masih ada yang lebih dari dirimu Musa," Allah berfirman.
"Lalu dimanakah tempat orang itu berada, Ya Allah?" tanya Nabi Musa.
"Dia berada di antara pertemuan dua laut," Allah berfirman lagi.
"Dalam perjalananmu nanti, bawalah seekor ikan. Nantinya ikan itu akan meninggalkanmu. Dia akan mencari jalan sendiri ke pantai atau laut. Di tempat itulah orang yang kau cari berada."
Akhirnya, Nabi Musa memulai perjalanannya. Selama itu, dia ditemani oleh pembantunya yang bernama Yusyi' bin Nun. Nabi Musa berpesan kepadanya,
"Ingatkanlah aku bila ikan ini lepas dan meningglakan kita."
"Baiklah," jawab Yusyi'.
Setelah itu, keduanya pun melanjutkan perjalanan. Dan setelah berjalan cukup jauh, Nabi Musa dan pembantunya merasa lelah. Nabi Musa memutuskan untuk beristirahat di bawah sebuah batu besar.
Karena lelahnya, Nabi Musa dan Yusyi' tertidur lelap dan mereka tidak sadar kalau ikan yang mereka bawa terlepas. Ikan itu meninggalkan mereka menuju ke pantai.
Sesaat kemudian, keduanya terbangun dan melanjutkan perjalanan cukup jauh hingga kemudian keduanya merasa lelah lagi.
Kali ini bukan hanya lelah saja yang mendera, namun juga perut yang mulai terasa sangat lapar.
"Apakah engkau tidak merasa lelah dan lapar Yusyi?" tanya Nabi Musa.
"Ya, saya pun merasa lelah dan lapar," jawab pembatunya itu.
"Kalau begitu, kita berhenti di sini sebentar," pinta Nabi Musa kepada pembantunya.
BERTEMU NABI KHIDIR.
Tiba-tiba saja terlintas di pikiran Nabi Musa untuk menjadikan ikan yang mereka bawa untuk makan siang.
"Dimanakah ikan yang kita bawa tadi? Daripada kita kelaparan, biarlah ikan itu kita masak dan kita jadikan makan siang," Ujar Nabi Musa.
Yusyi' tersentak kaget, dia baru ingat bila Nabi Musa tadi berpesan untuk menjaga ikan itu dan melihat tempat lepasnya. Tapi kini, ikan itu telah lepas tanpa dia tahu keberadaannya."
"Maaf ya Nabi, aku telah lalai dengan pesanmu. Ikan yang kita bawa tadi telah lepas tanpa sepengetahuanku," kata Yusyi penuh penyesalan.
"Tidak Yusyi', ini juga salahku, setan telah membuat aku lupa dan lalai. Seharusnya aku yang lebih bertanggung jawab dan memperhatikan keadaan ikan itu," sahut Nabi Musa.
"Apakah kamu masih bisa mengingat kapan terkahir ikan itu bersama kita?" tanya NabiMusa.
"Kalau tidak salah, sewaktu kita beristirahat di bawah batu besar tadi ikan itu masih bersama kita. Aku tidak tahu lagi, setelah kita melanjutkan perjalanan, mungkin ikan itu terlepas saat kita tidur," jelas Yusyi'.
"Kala begitu, itulah tempat yang kita cari," seru Nabi Musa sangat senang.
Keduanya pun segera berbalik arah mengikuti jejak pulang ke tempat yang mereka maksud, yaitu batu besar yang sebelumnya jadi tempat peristirahatan mereka.
Setelah keduanya sampai, sesaat kemudian keduanya bertemu dengan Nabi Khidir. Nabi Khidir adalah orang yang dimaksudkan oleh Allah SWT.
Beliau lebih banyak mengetahui rahasia-rahasia Allah dibandingkan dengan Nabi Musa a.s.
Lupa ini bisa membawa petaka. Setan pun sering memanfaatkan titik lemah ini dari manusia. Betapa banyak mereka yang dibuat lupa dalam urusan dunia apalagi agama.
BERIKUT KISAHNYA.
Pada suatu waktu Nabi Musa pernah bertanya kepada kaumnya, siapa manusia yang lebih pintar dan berilmu lebih dari yang ia miliki.
"Wahai kaumku, adakah manusia di muka bumi ini yang kepandaiannya melebihi aku? Yang ilmunya lebih banyak daripada aku?"
(Red: Nabi Musa bertanya demikian semata pasti ingin mempelajari ilmu biar tambah berilmu, bukan bermaksud sombong sedikitpun di hadapan manusia).
Tidak ada seorang pun yang bisa menjawab, dan akahirnya Nabi Musa membawa pertanyaan pada Allah SWT, pencipta alam semesta.
"Ada. Di muka bumi itu masih ada yang lebih dari dirimu Musa," Allah berfirman.
"Lalu dimanakah tempat orang itu berada, Ya Allah?" tanya Nabi Musa.
"Dia berada di antara pertemuan dua laut," Allah berfirman lagi.
"Dalam perjalananmu nanti, bawalah seekor ikan. Nantinya ikan itu akan meninggalkanmu. Dia akan mencari jalan sendiri ke pantai atau laut. Di tempat itulah orang yang kau cari berada."
Akhirnya, Nabi Musa memulai perjalanannya. Selama itu, dia ditemani oleh pembantunya yang bernama Yusyi' bin Nun. Nabi Musa berpesan kepadanya,
"Ingatkanlah aku bila ikan ini lepas dan meningglakan kita."
"Baiklah," jawab Yusyi'.
Setelah itu, keduanya pun melanjutkan perjalanan. Dan setelah berjalan cukup jauh, Nabi Musa dan pembantunya merasa lelah. Nabi Musa memutuskan untuk beristirahat di bawah sebuah batu besar.
Karena lelahnya, Nabi Musa dan Yusyi' tertidur lelap dan mereka tidak sadar kalau ikan yang mereka bawa terlepas. Ikan itu meninggalkan mereka menuju ke pantai.
Sesaat kemudian, keduanya terbangun dan melanjutkan perjalanan cukup jauh hingga kemudian keduanya merasa lelah lagi.
Kali ini bukan hanya lelah saja yang mendera, namun juga perut yang mulai terasa sangat lapar.
"Apakah engkau tidak merasa lelah dan lapar Yusyi?" tanya Nabi Musa.
"Ya, saya pun merasa lelah dan lapar," jawab pembatunya itu.
"Kalau begitu, kita berhenti di sini sebentar," pinta Nabi Musa kepada pembantunya.
BERTEMU NABI KHIDIR.
Tiba-tiba saja terlintas di pikiran Nabi Musa untuk menjadikan ikan yang mereka bawa untuk makan siang.
"Dimanakah ikan yang kita bawa tadi? Daripada kita kelaparan, biarlah ikan itu kita masak dan kita jadikan makan siang," Ujar Nabi Musa.
Yusyi' tersentak kaget, dia baru ingat bila Nabi Musa tadi berpesan untuk menjaga ikan itu dan melihat tempat lepasnya. Tapi kini, ikan itu telah lepas tanpa dia tahu keberadaannya."
"Maaf ya Nabi, aku telah lalai dengan pesanmu. Ikan yang kita bawa tadi telah lepas tanpa sepengetahuanku," kata Yusyi penuh penyesalan.
"Tidak Yusyi', ini juga salahku, setan telah membuat aku lupa dan lalai. Seharusnya aku yang lebih bertanggung jawab dan memperhatikan keadaan ikan itu," sahut Nabi Musa.
"Apakah kamu masih bisa mengingat kapan terkahir ikan itu bersama kita?" tanya NabiMusa.
"Kalau tidak salah, sewaktu kita beristirahat di bawah batu besar tadi ikan itu masih bersama kita. Aku tidak tahu lagi, setelah kita melanjutkan perjalanan, mungkin ikan itu terlepas saat kita tidur," jelas Yusyi'.
"Kala begitu, itulah tempat yang kita cari," seru Nabi Musa sangat senang.
Keduanya pun segera berbalik arah mengikuti jejak pulang ke tempat yang mereka maksud, yaitu batu besar yang sebelumnya jadi tempat peristirahatan mereka.
Setelah keduanya sampai, sesaat kemudian keduanya bertemu dengan Nabi Khidir. Nabi Khidir adalah orang yang dimaksudkan oleh Allah SWT.
Beliau lebih banyak mengetahui rahasia-rahasia Allah dibandingkan dengan Nabi Musa a.s.
Perjalanan Nabi Musa Mencari Nabi Khidir