Dahulu ada seorang gubernur Iraq yang bernama Alhajaj Atstsaqofi, awalnya memerintah dengan diktator. Namun setelah dikritk oleh seorang ulama, ia bertobat. Ulama tersebut mengajarkan hakikat kehidupan dunia di mata Allah SWT.
KISAHNYA
Pada masa setelah kepemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, banyak gubernur zalim yang memerintah dengan diktator. Hukum tidak berdaya lagi, yang harus dijalankan hanyalah titah dari gubernur tersebut.
Salah satu gubernur zalim itu adalah Alhajaj Atstsaqofi.
Ia memerintah daerah di Iraq selama bertahun-tahun, dan kediktatorannya membuat rakyat menderita. Bila konsep memimpin tersebut dikritik, gubernur tidak segan-segan menghukum para pengkritiknya itu.
DIKTATOR
Akhirnya kezaliman gubernur tersebut terdengar oleh Hasan Al Basri yang menjadi ulama di zamannya. Suatu saat diadakan peresmian istana Al-Hajaj di tepi kota Basrah. Istana itu dibangun dari hasil keringat rakyat dan kini rakyat diundang untuk menyaksikan peresmiannya.
Saat itu, tampillah Hasan Al-Basri menyuarakan kritiknya terhadap Al-Hajaj,
"Kita telah melihat apa-apa yang telah dibangun oleh Al-Hajaj. Kita juga telah mengetahui Fir'aun membangun istana yang lebih indah dan lebih megah dari istana ini. Tetapi Allah menghancurkan istana itu karena kedurhakaan dan kesombingannya," kata Hasan di tengah-tengah kerumunan para pejabat.
Kritik itu berlangsung cukup lama. Beberapa orang mlai cemas dan berbisik kepada Hasan Al-Basri.
"Ya Abu Sa'id, cukupkanlah kritikmu, cukuplah," kata seorang warga kepada Hasan Al-Basri yang memiliki nama lain Abu Sa'id.
"Tidak, sungguh Allah telah mengambil janji dari orang-orang yang berilmu, supaya menerangkan kebenaran kepada manusia dan tidak menyembunyikannya," jawab Hasan Al-Basri.
Akhirnya Al-Hajaj mendengar kritik tajam tersebut. Mukanya memerah, lalu Al-Hajaj memukul para ajudannya.
"Celakalah kalian," cacinya berang.
"Mengapa kalian biarkan budak dari Basrah itu mencaci maki dan bicara seenaknya? Tangkap dia, hadapkan kepadaku," gertak Al-Hajaj sambil mengepalkan tangannya.
NASEHAT ULAMA
Suara keras Al-Hajaj sontak saja mengagetkan semua yang hadir. Semua mata tertuju kepada sang imam. Hasan Al-Basri berdiri tegak dan tenang menghadapi Al-Hajaj bersama puluhan polisi dan algojonya.
Melihat ketenangan Hasan Al-Basri, seketika kecongkakan Al-Hajaj sirna. Kesombongan dan kebengisannya hilang. Ia langsung menyambut Hasan Al-Basri dengan lembut,
"Kemarilah ya Abu Sa'id," pintanya.
Ulama itu mendekatinya dan duduk berdampingan. Semua mata memandang kagum.
Mulailah Al-Hajaj menanyakan berbagai masalah agama kepada sang imam, dan dijawab oleh Hasan Al-Basri dengan bahasa yang lemah lembut dan mempesona.
Semua pertanyaannya dijawab dengan tuntas, dan akhirnya Hasan Al -Basri dipersilahkan untuk pulang.
Usai pertemuan itu, seorang pengawal Al-Hajaj bertanya,
"Wahai Abu Sa'id, sungguh aku melihat anda mengucapkan sesuatu ketika hendak berhadapan dengan Al-Hajaj, apakah sesungguhnya kalimat yang anda baca itu?" tanya pengawal itu kepada Hasan Al-Basri.
"Saat itu kubaca, Ya Wali dan Pelindungku dalam kesusahan, jadikanlah hukuman Al-Hajaj sejuk dan keselamatan buatku, sebagaimana Engkau telah jadikan api sejuk dan menyelamatkan Ibrahim," jawab Ulama terkenal itu.
Begitulah kisahnya, akhirnya Al-Hajaj diberi hidayah oleh Allah untuk memimpin rakyatnya dengan adil dan bijaksana tanpa ada diktator lagi.
Itulah peranan seorang ulama dalam suatu bangsa, selalu mengkritik demi kemakmuran rakyat.
Dan satu lagi cerminan, berdoa, ya selalu berdoa ketika akan melakukan sesuatu dan minta perlindungan hanya kepada Allah SWT.
KISAHNYA
Pada masa setelah kepemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, banyak gubernur zalim yang memerintah dengan diktator. Hukum tidak berdaya lagi, yang harus dijalankan hanyalah titah dari gubernur tersebut.
Salah satu gubernur zalim itu adalah Alhajaj Atstsaqofi.
Ia memerintah daerah di Iraq selama bertahun-tahun, dan kediktatorannya membuat rakyat menderita. Bila konsep memimpin tersebut dikritik, gubernur tidak segan-segan menghukum para pengkritiknya itu.
DIKTATOR
Akhirnya kezaliman gubernur tersebut terdengar oleh Hasan Al Basri yang menjadi ulama di zamannya. Suatu saat diadakan peresmian istana Al-Hajaj di tepi kota Basrah. Istana itu dibangun dari hasil keringat rakyat dan kini rakyat diundang untuk menyaksikan peresmiannya.
Saat itu, tampillah Hasan Al-Basri menyuarakan kritiknya terhadap Al-Hajaj,
"Kita telah melihat apa-apa yang telah dibangun oleh Al-Hajaj. Kita juga telah mengetahui Fir'aun membangun istana yang lebih indah dan lebih megah dari istana ini. Tetapi Allah menghancurkan istana itu karena kedurhakaan dan kesombingannya," kata Hasan di tengah-tengah kerumunan para pejabat.
Kritik itu berlangsung cukup lama. Beberapa orang mlai cemas dan berbisik kepada Hasan Al-Basri.
"Ya Abu Sa'id, cukupkanlah kritikmu, cukuplah," kata seorang warga kepada Hasan Al-Basri yang memiliki nama lain Abu Sa'id.
"Tidak, sungguh Allah telah mengambil janji dari orang-orang yang berilmu, supaya menerangkan kebenaran kepada manusia dan tidak menyembunyikannya," jawab Hasan Al-Basri.
Akhirnya Al-Hajaj mendengar kritik tajam tersebut. Mukanya memerah, lalu Al-Hajaj memukul para ajudannya.
"Celakalah kalian," cacinya berang.
"Mengapa kalian biarkan budak dari Basrah itu mencaci maki dan bicara seenaknya? Tangkap dia, hadapkan kepadaku," gertak Al-Hajaj sambil mengepalkan tangannya.
NASEHAT ULAMA
Suara keras Al-Hajaj sontak saja mengagetkan semua yang hadir. Semua mata tertuju kepada sang imam. Hasan Al-Basri berdiri tegak dan tenang menghadapi Al-Hajaj bersama puluhan polisi dan algojonya.
Melihat ketenangan Hasan Al-Basri, seketika kecongkakan Al-Hajaj sirna. Kesombongan dan kebengisannya hilang. Ia langsung menyambut Hasan Al-Basri dengan lembut,
"Kemarilah ya Abu Sa'id," pintanya.
Ulama itu mendekatinya dan duduk berdampingan. Semua mata memandang kagum.
Mulailah Al-Hajaj menanyakan berbagai masalah agama kepada sang imam, dan dijawab oleh Hasan Al-Basri dengan bahasa yang lemah lembut dan mempesona.
Semua pertanyaannya dijawab dengan tuntas, dan akhirnya Hasan Al -Basri dipersilahkan untuk pulang.
Usai pertemuan itu, seorang pengawal Al-Hajaj bertanya,
"Wahai Abu Sa'id, sungguh aku melihat anda mengucapkan sesuatu ketika hendak berhadapan dengan Al-Hajaj, apakah sesungguhnya kalimat yang anda baca itu?" tanya pengawal itu kepada Hasan Al-Basri.
"Saat itu kubaca, Ya Wali dan Pelindungku dalam kesusahan, jadikanlah hukuman Al-Hajaj sejuk dan keselamatan buatku, sebagaimana Engkau telah jadikan api sejuk dan menyelamatkan Ibrahim," jawab Ulama terkenal itu.
Begitulah kisahnya, akhirnya Al-Hajaj diberi hidayah oleh Allah untuk memimpin rakyatnya dengan adil dan bijaksana tanpa ada diktator lagi.
Itulah peranan seorang ulama dalam suatu bangsa, selalu mengkritik demi kemakmuran rakyat.
Dan satu lagi cerminan, berdoa, ya selalu berdoa ketika akan melakukan sesuatu dan minta perlindungan hanya kepada Allah SWT.
Tobatnya Gubernur Zalim